UPAYA KESEHATAN MENGATASI MASALAH GIZI
- Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif
- Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
- Perawatan balita gizi buruk
- Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
- Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
- Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
- Revitalisasi posyandu.
- Pemberian suplementasi gizi.
- Pemberian MP – ASI bagi balita gakin
KERANGKA KERJA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
- Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
- Komponen SKPG:
- Keluarga
- Masyarakat dan Lintas Sektor
- Pelayanan Kesehatan
Peran Keluarga:
- Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang; c. Pola asuh ibu dan anak
- Pemantauan pertumbuhan anak
- Penggunaan garam beryodium
- Pemanfaatan pekarangan
- Peningkatan daya beli keluarga miskin
- Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin
Peran Masyarakat dan Lintas Sektor
- Mengaktifkan Posyandu: SKDN
- Semua balita mempunyai KMS,
- Penimbangan balita (D),
- Konseling,
- Suplementasi gizi,
- Pelayanan kesehatan dasar
- Berat badan naik (N) sehat dikembalikan ke peran keluarga
- BB Tidak naik (T1), Gizi kurang diberikan PMT Penyuluhan dan Konseling
- Berat badan Tidak naik (T2), BGM, Gizi buruk, sakit, dirujuk ke RS atau Puskesmas
Peran Pelayanan Kesehatan
- Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk
- Balita yang sembuh dan perlu PMT, perlu dikembalikan ke Pusat Pemulihan Gizi untuk diberikan PMT
- Balita yang sembuh, dan tidak perlu PMT, dikembalikan kepada masyarakat
TUJUAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
Tujuan Umum:
- Menurunnya prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) menjadi setinggi-tingginya 15 % dan gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 2,5 % pada tahun 2014.
Tujuan Khusus:
- Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu, Puskesmas dan jaringannya.
- Meningkatnya cakupan suplementasi gizi terutama pada kelompok penduduk rawan dan keluarga miskin.
- Meningkatnya jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Tangga, Puskesmas dan Rumah Sakit.
- Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
- Berfungsinya Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG).
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
- Merupakan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah
- Pendekatan komprehensif: Mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan.
- Semua kabupaten/kota secara terus menerus melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat.
- Menggalang kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai tingkat.
- Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
- Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan pertumbuhan pada balita utamanya baduta.
- Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling gizi.
- Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan tambahan dan diet khusus.
- Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.
- Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi.
- Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
- Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi keluarga.
LATAR BELAKANG
- Balita yang menderita Gizi buruk dan infeksi akan menyebabkan “tumbuh kembang otak” tidak optimal” dan bersifat permanen (tak terpulihkan), hal tersebut akan menghasilkan generasi yang bermutu rendah dan tentu akan menjadi beban pemerintah dan masyarakat
- Balita yang mendapat gizi cukup dan sehat akan menghasilkan anak cerdas dan produktif, hal tersebut akan menghasilkan generasi yang bermutu tinggidan tentu akan menjadi aset bagi pemerintah dan masyarakat
HUBUNGAN GIZI KURANG DAN KUALITAS SDM
- Balita dengan gizi buruk akan mengakibatkan:
- Daya tahan rendah
- Mudah sakit
- Kematian
- Ketiganya berpengaruh terhadap penurunan umur harapan hidup
- Daya tahan rendah
- Absensi meningkat
- Produktivitas rendah
- Pendapatan rendah
- Keempatnya berpengaruh terhadap pendapatan per kapita
- Tumbuh kembang otak tidak optimal
- Gangguan kecerdasan & mental
- Potensi pendidikan rendah
- Ketiganya berpengaruh terhadap penurunan tingkat melek huruf
- Umur harapan hidup yang rendah
- Pendapatan per kapita rendah
- Tingkat melek huruf rendah
- Ketiganya akan menyebabkan rendahnya Indek Pembangunan Manusia (IPM)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
- Akar masalah: Sosial, Ekonomi, dan Budaya
- Pokok masalah: Kesetaraan jender, Pemanfaatan sumberdaya keluarga dan masyarakat, Pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan
- Penyebab tidak langsung: Persediaan pangan Rumah Tangga, Pola Asuh Gizi Keluarga (ASI, MPASI, Pemantauan Pertumbuhan, Gizi Seimbang), Sanitasi lingkungan, Air bersih, Yankes
- Penyebab langsung: Kecukupan asupan gizi (Jumlah dan keragaman), Penyakit infeksi
ALUR TERJADINYA GIZI BURUK
- Kegagalan produksi
- Krisis ekonomi
- Ketersediaan pangan ndi masyarakat menurun
- Pendapatan menurun
- Ketersediaan pangan rumaqh tangga menurun
- Daya beli menurun
- Asupan zat gizi kurang
- Infeksi
PENGERTIAN KADARZI
- Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah : Keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
UPAYA PERBAIKAN GIZI
Visi : Sadar gizi untuk semua
Misi:
- Semua Masalah Gizi Dapat Dicegah dan Ditanggulangi
- Semua Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
- Semua Pihak Bertanggung Jawab Dalam Upaya Perbaikan Gizi
UPAYA PERBAIKAN GIZI KELUARGA
- Perbaikan Keadaan Gizi Keluarga
- Perilaku Yang Mendukung Perbaikan Gizi (Perilaku Sadar Gizi)
- Partisipasi dan Pemerataan Kegiatan
INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
- Menimbang berat badan secara teratur
- Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan (ASI eksklusif)
- Makan beraneka ragam
- Menggunakan garam beryodium
- Minum suplementasi gizi (Tablet Tambah Darah ataupun Kapsul Vit. A) sesuai anjuran.
SEJARAH LENGKAP PERKEMBANGAN GIZI DI INDONESIA
Kata
gizi yang digunakan di Indonesia saat ini merupakan kata serapan yang
berasal dari bahasa Arab, gizzah, yang berarti makanan sehat. Di
Indonesia, istilah “gizi” diperkenalkan oleh Soejono D Poesponegoro.
Berikut beberapa hasil penelitian dalam sejarah perkembangan Ilmu Gizi di Indonesia.
1. Belanda
mendirikan “Laboratorium Kesehatan “ pada tanggal 15 Januari 1888 di
Jakarta , tujuannya menanggulangi penyakit beri-beri di Indonesia dan
Asia
Sejarah perkembangan laboratorium kesehatan di dunia dimulai sejak awal diketemukannya mikroba oleh Antony
van Leeuwenhoek (1632 – 1723) yang kemudian menjadikannya menjadi salah
seorang penemu mikrobiologi. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa
penemuan di dunia mikrobiologi lainnya seperti Louis Pasteur (1822 –
1895) penemu teori biogenesis dan penemu protozoa penyebab penyakit
serta penemu vaksin, Robert Koch (1843 – 1910) penemu penyakit Anthrax
dan terkenal dengan Postulat Koch. Tidak ada buku sejarah yang otentik
tentang perkembangan laboratorium di Indonesia,
namun menelusuri berbagai catatan dan masukan dari beberapa orang yang
terlibat dalam proses terbentuknya laboratorium kesehatan di Indonesia.
Perkembangan tersebut adalah sejak dimulainya pemerintah penjajahan
Belanda pada abad ke -16, pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa
didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer
dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama
STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk
pendidikan dokter pribumi. Dalam rangka mengembangkan kesehatan
masyarakat di Indonesia pada saat itu kemudian didirikan Pusat
Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888.
2. Tahun 1938, nama “Laboratorium Kesehatan” diganti dengan “Lembaga Eijkman”
Lembaga
Biologi Molekul Eijkman (disingkat Lembaga Eijkman) merupakan lembaga
riset negeri dengan misi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dasar di
bidang biologi molekular serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk
pemahaman, pengenalan, pencegahan, dan pengobatan penyakit pada manusia.
Lembaga ini bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara Riset dan
Teknologi RI.
Nama
lembaga penelitian ini diambil dari nama direktur pertamanya,
Christiaan Eijkman. Ia dikenal sebagai peraih penghargaan Nobel karena
penelitiannya mengenai pengaruh vitamin terhadap beberapa penyakit
manusia, terutama beri-beri.
![]() |
Sejak direvitalisasi pada tahun 1992 setelah ditutup pada tahun 1965, lembaga ini dipimpin pertama kali oleh Profesor Sangkot Marzuki sebagai Direktur. Direktur saat ini adalah Dr. Herawati Sudojo.
3. Tahun
1934, IVV (Het Institud dan Voor Volk Suceding) atau Lembaga Makanan
Rakyat dan setelah merdeka ( kira-kira tahun 1964) mulai melakukan
penelitian.
Lembaga
makanan rakyat didirikan di Jakarta. Tujuan dan kegiatan yaitu
menganalisa makanan rakyat dan memperkembangkan pengertian-pengertian
tentang ilmu makanan.
4. Tahun 1937 – 1942, diadakan survei gizi yaitu 7 tempat di Jawa , 1 tempat di Lampung, dan 1 tempat di Seram..
5. Scooltema, Ochese, Terra, Jansen, Donath, Postmus, Van Veen mengamati pola makanan, keadaan gizi, pertanian, dan perekonomian.
6. Tahun 1919, Jansen, Donanth (dari Lembaga Eijkman) meneliti masalah Gondok di Wonosobo
7. Tahun 1930, Vanveen Postmus, De Hass menemukan defisiensi Vitamin A di Indonesia.
8. Tahun 1935, De Haas meneliti tentang KEP di Indonesia
9. Sejak
Tahun 1919, Panne Kock, Van Veen, Koe Ford, Postmus menganalisis nilai
gizi berbagai makanan di Indonesia yang dikenal dengan DKBM
10. Tahun
1950, IVV diganti namanya menjadi Kementerian Kesehatan RI atau LMR
(Lembaga Makanan Rakyat) diketuai oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo (sebagai
Direktur I) à Bapak Persagi dan Bapak Gizi Indonesia. Kemudian LMR
membentuk kader / tenaga gizi dan pengalaman ilmu gizi kepada
masyarakat.
11. Tahun 1960, Prof. Poerwo Soedarmo mencetak tenaga ahli gizi (AKZI dan FKUI)
Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950 oleh Prof
dr. Poerwo Soedarmo. Tapi, kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan
diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang Indonesia kini resmi menggunakan
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk menyiapkan pola hidup sehat masyarakat
Indonesia dalam menghadapi “beban ganda masalah gizi”, yaitu ketika
kekurangan dan kelebihan gizi terjadi secara bersama.
PGS diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sudah dipopulerkan sejak tahun 1950-an Jika
4S 5S menekankan pada Makanan Pokok Lauk-Pauk Sayur-Mayur Buah Susu
Maka Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.