SEJARAH LENGKAP PERKEMBANGAN GIZI DI INDONESIA
Kata
gizi yang digunakan di Indonesia saat ini merupakan kata serapan yang
berasal dari bahasa Arab, gizzah, yang berarti makanan sehat. Di
Indonesia, istilah “gizi” diperkenalkan oleh Soejono D Poesponegoro.
Berikut beberapa hasil penelitian dalam sejarah perkembangan Ilmu Gizi di Indonesia.
1. Belanda
mendirikan “Laboratorium Kesehatan “ pada tanggal 15 Januari 1888 di
Jakarta , tujuannya menanggulangi penyakit beri-beri di Indonesia dan
Asia
Sejarah perkembangan laboratorium kesehatan di dunia dimulai sejak awal diketemukannya mikroba oleh Antony
van Leeuwenhoek (1632 – 1723) yang kemudian menjadikannya menjadi salah
seorang penemu mikrobiologi. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa
penemuan di dunia mikrobiologi lainnya seperti Louis Pasteur (1822 –
1895) penemu teori biogenesis dan penemu protozoa penyebab penyakit
serta penemu vaksin, Robert Koch (1843 – 1910) penemu penyakit Anthrax
dan terkenal dengan Postulat Koch. Tidak ada buku sejarah yang otentik
tentang perkembangan laboratorium di Indonesia,
namun menelusuri berbagai catatan dan masukan dari beberapa orang yang
terlibat dalam proses terbentuknya laboratorium kesehatan di Indonesia.
Perkembangan tersebut adalah sejak dimulainya pemerintah penjajahan
Belanda pada abad ke -16, pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa
didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer
dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama
STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk
pendidikan dokter pribumi. Dalam rangka mengembangkan kesehatan
masyarakat di Indonesia pada saat itu kemudian didirikan Pusat
Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888.
2. Tahun 1938, nama “Laboratorium Kesehatan” diganti dengan “Lembaga Eijkman”
Lembaga
Biologi Molekul Eijkman (disingkat Lembaga Eijkman) merupakan lembaga
riset negeri dengan misi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dasar di
bidang biologi molekular serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk
pemahaman, pengenalan, pencegahan, dan pengobatan penyakit pada manusia.
Lembaga ini bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara Riset dan
Teknologi RI.
Nama
lembaga penelitian ini diambil dari nama direktur pertamanya,
Christiaan Eijkman. Ia dikenal sebagai peraih penghargaan Nobel karena
penelitiannya mengenai pengaruh vitamin terhadap beberapa penyakit
manusia, terutama beri-beri.
Sejak direvitalisasi pada tahun 1992 setelah ditutup pada tahun 1965, lembaga ini dipimpin pertama kali oleh Profesor Sangkot Marzuki sebagai Direktur. Direktur saat ini adalah Dr. Herawati Sudojo.
3. Tahun
1934, IVV (Het Institud dan Voor Volk Suceding) atau Lembaga Makanan
Rakyat dan setelah merdeka ( kira-kira tahun 1964) mulai melakukan
penelitian.
Lembaga
makanan rakyat didirikan di Jakarta. Tujuan dan kegiatan yaitu
menganalisa makanan rakyat dan memperkembangkan pengertian-pengertian
tentang ilmu makanan.
4. Tahun 1937 – 1942, diadakan survei gizi yaitu 7 tempat di Jawa , 1 tempat di Lampung, dan 1 tempat di Seram..
5. Scooltema, Ochese, Terra, Jansen, Donath, Postmus, Van Veen mengamati pola makanan, keadaan gizi, pertanian, dan perekonomian.
6. Tahun 1919, Jansen, Donanth (dari Lembaga Eijkman) meneliti masalah Gondok di Wonosobo
7. Tahun 1930, Vanveen Postmus, De Hass menemukan defisiensi Vitamin A di Indonesia.
8. Tahun 1935, De Haas meneliti tentang KEP di Indonesia
9. Sejak
Tahun 1919, Panne Kock, Van Veen, Koe Ford, Postmus menganalisis nilai
gizi berbagai makanan di Indonesia yang dikenal dengan DKBM
10. Tahun
1950, IVV diganti namanya menjadi Kementerian Kesehatan RI atau LMR
(Lembaga Makanan Rakyat) diketuai oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo (sebagai
Direktur I) à Bapak Persagi dan Bapak Gizi Indonesia. Kemudian LMR
membentuk kader / tenaga gizi dan pengalaman ilmu gizi kepada
masyarakat.
11. Tahun 1960, Prof. Poerwo Soedarmo mencetak tenaga ahli gizi (AKZI dan FKUI)
Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950 oleh Prof
dr. Poerwo Soedarmo. Tapi, kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan
diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang Indonesia kini resmi menggunakan
Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk menyiapkan pola hidup sehat masyarakat
Indonesia dalam menghadapi “beban ganda masalah gizi”, yaitu ketika
kekurangan dan kelebihan gizi terjadi secara bersama.
PGS diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sudah dipopulerkan sejak tahun 1950-an Jika
4S 5S menekankan pada Makanan Pokok Lauk-Pauk Sayur-Mayur Buah Susu
Maka Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung
zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.Thanks for reading & sharing THE RIANDA
0 komentar:
Post a Comment