Home » » Sejarah Ilmu Gizi dan Perkembangannya

Sejarah Ilmu Gizi dan Perkembangannya

Posted by THE RIANDA on Wednesday, 7 November 2012

ILMU GIZI

SEJARAH LENGKAP PERKEMBANGAN GIZI DI INDONESIA
Kata gizi yang digunakan di Indonesia saat ini merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Arab, gizzah, yang berarti makanan sehat. Di Indonesia, istilah “gizi” diperkenalkan oleh Soejono D Poesponegoro.
Berikut beberapa hasil penelitian dalam sejarah perkembangan Ilmu Gizi di Indonesia.
1.   Belanda mendirikan “Laboratorium Kesehatan “ pada tanggal 15 Januari 1888 di Jakarta , tujuannya  menanggulangi penyakit beri-beri di Indonesia dan Asia
Sejarah perkembangan laboratorium kesehatan di dunia dimulai sejak awal diketemukannya mikroba oleh Antony van Leeuwenhoek (1632 – 1723) yang kemudian menjadikannya menjadi salah seorang penemu mikrobiologi. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa penemuan di dunia mikrobiologi lainnya seperti Louis Pasteur (1822 – 1895) penemu teori biogenesis dan penemu protozoa penyebab penyakit serta penemu vaksin, Robert Koch (1843 – 1910) penemu penyakit Anthrax dan terkenal dengan Postulat Koch. Tidak ada buku sejarah yang otentik tentang perkembangan laboratorium di Indonesia, namun menelusuri berbagai catatan dan masukan dari beberapa orang yang terlibat dalam proses terbentuknya laboratorium kesehatan di Indonesia. Perkembangan tersebut adalah sejak dimulainya pemerintah penjajahan Belanda pada abad ke -16, pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer dan dr. Bleeker di Indonesia. Kemudian sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi. Dalam rangka mengembangkan kesehatan masyarakat di Indonesia pada saat itu kemudian didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran di Bandung pada tahun 1888.

2.   Tahun 1938, nama “Laboratorium Kesehatan” diganti dengan “Lembaga Eijkman”
Lembaga Biologi Molekul Eijkman (disingkat Lembaga Eijkman) merupakan lembaga riset negeri dengan misi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dasar di bidang biologi molekular serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk pemahaman, pengenalan, pencegahan, dan pengobatan penyakit pada manusia. Lembaga ini bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi RI.
Nama lembaga penelitian ini diambil dari nama direktur pertamanya, Christiaan Eijkman. Ia dikenal sebagai peraih penghargaan Nobel karena penelitiannya mengenai pengaruh vitamin terhadap beberapa penyakit manusia, terutama beri-beri.


Text Box: Lembaga Eijkman

Sejak direvitalisasi pada tahun 1992 setelah ditutup pada tahun 1965, lembaga ini dipimpin pertama kali oleh Profesor Sangkot Marzuki sebagai Direktur. Direktur saat ini adalah Dr. Herawati Sudojo.

3.   Tahun 1934, IVV (Het Institud dan Voor Volk Suceding) atau Lembaga Makanan Rakyat dan setelah merdeka ( kira-kira tahun 1964) mulai melakukan penelitian.
Lembaga makanan rakyat didirikan di Jakarta. Tujuan dan kegiatan yaitu menganalisa makanan rakyat dan memperkembangkan pengertian-pengertian tentang ilmu makanan.
4.   Tahun 1937 – 1942, diadakan survei gizi  yaitu 7 tempat di Jawa , 1 tempat di Lampung, dan 1 tempat di Seram..
5.   Scooltema, Ochese, Terra, Jansen, Donath, Postmus, Van Veen mengamati pola makanan, keadaan gizi, pertanian, dan perekonomian.
6.   Tahun 1919, Jansen, Donanth (dari Lembaga Eijkman) meneliti masalah Gondok di Wonosobo
7.   Tahun 1930, Vanveen Postmus, De Hass  menemukan defisiensi Vitamin A di Indonesia.
8.   Tahun 1935, De Haas meneliti tentang KEP di Indonesia
9.   Sejak Tahun 1919, Panne Kock, Van Veen, Koe Ford, Postmus menganalisis nilai gizi berbagai makanan di Indonesia yang dikenal dengan DKBM
10.            Tahun 1950, IVV diganti  namanya menjadi Kementerian Kesehatan RI atau LMR (Lembaga Makanan Rakyat) diketuai oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo (sebagai Direktur I) à Bapak Persagi dan Bapak Gizi Indonesia. Kemudian LMR membentuk kader / tenaga gizi dan pengalaman ilmu gizi kepada masyarakat.
11.            Tahun 1960, Prof. Poerwo Soedarmo mencetak tenaga ahli gizi (AKZI dan FKUI)
Pedoman Empat Sehat Lima Sempurna diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950 oleh Prof dr. Poerwo Soedarmo. Tapi, kini pedoman tersebut sudah tidak sesuai dan diganti dengan Pedoman Gizi Seimbang Indonesia kini resmi menggunakan Pedoman Gizi Seimbang (PGS) untuk menyiapkan pola hidup sehat masyarakat Indonesia dalam menghadapi “beban ganda masalah gizi”, yaitu ketika kekurangan dan kelebihan gizi terjadi secara bersama.
PGS diharapkan dapat memperbaiki pedoman sebelumnya, yaitu 4 sehat 5 sempurna yang sudah dipopulerkan sejak tahun 1950-an  Jika 4S 5S menekankan pada Makanan Pokok Lauk-Pauk Sayur-Mayur Buah Susu Maka Gizi Seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Thanks for reading & sharing THE RIANDA

Previous
« Prev Post

0 komentar:

Post a Comment