ILMU ALAMIAH DASAR
Ilmu alamiah atau sering disebut ilmu pengetahuan alam (natural
science) merupakan pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam
alam semesta, termasuk di muka bumi ini, sehingga terbentuk konsep dan
prinsip. IAD hanya mengkaji konsep-konsep dan prinsip-prinsip dasar yang
esensial saja.
A. Manusia
Manusia adalah mahluk yang lemah di bandingkan mahluk lain . Namun
dengan akal budinya serta kemauan yang kuat manusia dapat mengembangkan
kemampuan dan tekhnologi . Dan dengan ilmu pengetahuan manusia bisa
hidup lebih baik lagi . manusia adalah sebaik-baiknya mahluk yang telah
di ciptakan tuhan . Patutnya syukurilah nikmat yang diberikan oleh Tuhan
yang maha esa karena dengan nikmatnya kita diberikan akal untuk
berfikir , membedakan yang baik dan buruk juga dapat memperoleh ilmu
pengetahuan .
Sifat manusia selalu tidak pernah puas , maka ketersediaan sumber daya
yang terbatas tidak bersesuaian dengan keinginan manusia yang tidak
terbatas . Manusia pun mempunyai keinginan rasa ingin tahu terhadap
rahasia alam , selalu mencoba mencari jawaban dengan pengamatan dan
penggunaan pengalaman . Pengetahuan baru dari kombinasi antara
pengalaman dan kepercayaan disebut mitos .
B. Mitos
Pengetahuan baru dari kombinasi antara pengalaman dan kepercayaan
disebut mitos . Cerita – cerita pada mitos disebut legenda . Kebenaran
mitos masih bersifat simpang siur karena tidak ada bukti yang otentik
dan disebarkan melalui cerita dari mulut ke mulut (lisan) . Mitos dapat
diterima karena keterbatasan pengindraan , penalaran , dan hasrat ingin
tahu yang harus di penuhi. Puncak pemikiran mitos adalah pada zaman
Babilonia yaitu kira-kira 700-600 SM . Pengetahuan dan ajaran tentang
orang Babiloniasetengahnyamerupakan dugaan,imajinasi,kepercayaan ,atau
mitos. Pengetahuan ini disebut pseudo science (sains palsu). Ini adalah
ilmu pengetahuan yang masih diragukan kebenarannya .
C. Lahirnya Ilmu Alamiah
Panca indera akan memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan dimana
tanggapan itu menjadi sebuah pengalaman . Pengalaman merupakan salah
satunya alasan terbentuknya pengetahuan yakni kumpulan fakta-fakta yang
pernah terjadi.
D. Keterbatasan Ilmu Alamiah
Bidang ilmu alamiah yang menentukan ilmu alamiah adalah metode ilmiah .
Tujuan ilmu alamiah adalah membentuk dan menggunakan teori. Ilmu alamiah
tidak menentukan moral atau nilai suatu keputusan. Manusialah yang
menilai apakah ilmu yang dipakainya baik atau buruk .
E. Pembagian Ilmu Pengetahuan
• Ilmu pengetahuan sosial
Yakni ilmu pengetahuan yang membahas hubungan antara manusia sebagai
mahluk sosial . Bagaiman huhubungan antar balik manusia dengan manusia
lainnya atau mahluk lain. Yang terbagi atas : Psikologi , Pendidikan ,
Antropologi , Etnologi, Sejarah, Ekonomi , dan Sosiologi.
• Ilmu Pengetahuan Alam
Yakni ilmu yang membahas tentang alam semesta , jagat raya dan seluruh
isinya . Tentang penciptaan nya dan teori-teori pengetahuan yang
bersifat ilmiah . Yang terbagi atas :
Fisika , Kimia , dan Biologi .
• Ilmu pengetahuan bumi dan antariksa
Yakni ilmu yang membahas tentang bumi dan isinya serta antariksa yaitu
ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada di dalamnya . Yang terbagi
atas : Geologi dan Astronomi.
Pengertian Ilmu Alamiah Dasar dan Bagian-bagiannya
Posted by THE RIANDA on Thursday 29 November 2012
Sosiologi kesehatan dan penyakit mempelajari interaksi antara
masyarakat dan kesehatan. Objektif dari topik ini adalah untuk melihat
bagaimana kehidupan sosial memiliki dampak terhadap morbiditas dan
tingkat kematian, dan sebaliknya. Aspek sosiologi ini berbeda dari
sosiologi medis karena cabang sosiologi ini mempelajari kesehatan dan
keadaan sakit berkaitan dengan institusi sosial seperti keluarga,
pekerjaan, dan sekolah. Sosiologi medis terbatas pada hubungan
pasien-praktisi dan peran pakar kesehatan dalam masyarakat. Sosiologi
kesehatan dan penyakit mencakup patologi sosiologis (sebab penyakit dan
keadaan sakit), alasan mencari jenis bantuan medis tertentu, dan
kepatuhan atau ketidakpatuhan pasien dengan persyaratan medis.
Kajian-kajian mengenai ilmu sosiologi kesehatan dapat berupa
masalah-masalah yang dialami objek sosiologi, baik itu masyarakat,
society ataupun komunitas. Agar dapat memahami dan menganalisa
mesalah-masalah tersebut maka diperlukan berbagai pendekatan baik itu
pendekatan emik yang hanya berdasarkan pada sudut pandang si pelaku
ataupun menggunakan pendekatan etik yang berdasarkan pandangan serta
pendapat dari pera ahli kemudian membandingkannya dengan kebudayaan dari
daerah lain.
Dalam perkembangan selanjutnya perhatian sosiologi medis meluas ke
berbagai masalah kesehatan di luar bidang medis. Dengan demikian,
berkembanglah bidang sosiologi kesehatan. Para ahli pun membedakan
antara sosiologi mengenai kesehatan dan sosiologi dalam kesehatan.
Menurut Wilson sosiologi mengenai kesehatan adalah pengamatan dan
analisis dengan mengambil jarak, yang terutama dimotivasi oleh suatu
masalah sosiologi, sedangkan sosiologi dalam kesehatan adalah penelitian
dan pengajaran yang lebih bercirikan keintiman, terapan dan kebersamaan
yang terutama didorong oleh adanya masalah kesehatan. Menurut Wolinsky
orientasi para ahli sosiologi kesehatan lebih tertuju pada masalah
kesehatan, bukan pada masalah sosiologi sehingga sosiologi kesehatan
cenderung miskin teori. Twaddle merinci tujuh dimensi yang membedakan
sosiologi kesehatan dengan sosiologi medis. Menurutnya terjadinya
pergeseran-pergeseran dalam ketujuh dimensi tersebut mengakibatkan
bergesernya sosiologi medis menjadi sosiologi kesehatan. Namun,
sosiologi kesehatan merupakan bidang yang muda hingga kini bidang
sosiologi medis masih tetap dominan.
Agar dapat memahami bagaimana sistem sosial yang berkembang di
masyarakat, maka perlu pemahaman mengenai apa yang dipakai acuan oleh
masyarakat dalan bertindak dan bertingkah laku baik itu kepercayaan,
nilai, norma, ataupun kelompok acuan dalam masyarakat itu senduri.
Kerena acuan tersebut tidak dalam bentuk tertulis maka sifatnya adalah
dinamis dalam artian norma, ataupun nilai tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu, yang tentunya juga mempengaruhi kebudayaan serta perilaku
individu/kelompok masyarakat. Perubahan tersebut dapat terjadi kerena
pengaruh dari budaya luar yang ketika bertemu dengan kebudayaan daerah
mengalami berbagai bentuk proses apakah itu difusi, akulturasi,
asimilasi, maupun konformitas.
Gangguan kesehatan dapat datang dari lingkungan sosial. Manusia
sering hidup dalam lingkungan sosial yang membuat mereka marah,
frustrasi atau cemas, dan perasaan-perasaan demikian dapat mengakibatkan
berbagai gangguan kesehatan. House, Landis dan Umberson mengemukakan
hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara hubungan sosial
dan kesehatan. Antara lain dikemukakan pada arti penting social support
bagi kesehatan.
Ancaman lingkungan terhadap kesehatan ditanggapi warga masyarakat
dengan berbagai ragam reaksi. Ada yang bermigrasi ke kawasan lain. Ada
pula warga masyarakat yang berupaya menanggulanginya. Kesadaran ataupun
kecurigaan warga masyarakat bahwa lingkungan fisik mereka menyebabkan
penyakit kemudian sering diikuti dengan berbagai bentuk tindakan
terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab.
Wolinsky menjelaskan bahwa bagi dokter simtom dan tanda penyakit
merupakan bukti gangguan biologis pada tubuh manusia yang memerlukan
penanganan medis. Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan
simtom dan tanda penyakit. Wolinsky selanjutnya mengemukakan beberapa
keberatan terhadap definisi kesehatan menurut kalangan medis ini.
Definisi medis ini lebih sempit daripada definisi WHO, yang mencakup
baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-mata
terbatas pada ketiadaan penyakit ataupun kelesuan. Namun, menurut
Mechanic definisi WHO ini sulit dioperasionalisasikan untuk membedakan
orang sehat dan orang sakit. Konsep kesehatan dengan cakupan luas kita
jumpai pula dalam pandangan Blum. Blum mengemukakan bahwa kesehatan
manusia terdiri atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan
psikis, dan kesehatan sosial. Definisi yang menyerupai definisi WHO kita
jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Menurut definisi Parson seseorang dianggap sehat manakala ia
mempunyai kapasitas optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang
telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi, lepas dari soal apakah
secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut Parson pula,
kesehatan sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada
peran yang dijalankannya dalam masyarakat. Ternyata definisi kesehatan
yang mirip dengan ketiga macam definisi tersebut di atas serupa kita
jumpai pula di kalangan masyarakat. Menurut hasil penelitian di Inggris
di kalangan masyarakat awam pun dijumpai definisi negatif, definisi
fungsional, dan definisi positif. Parson memandang masalah kesehatan
dari sudut pandang kesinambungan sistem sosial. Dari sudut pandang ini
tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi
mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan
menghalangi kemampuan anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran
sosialnya. Selain mengganggu berfungsinya manusia sebagai suatu sistem
biologis, penyakit pun mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial
seseorang.
Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan
morbiditas. Menurut Parson ini disebabkan karena (1) penyakit mengganggu
berfungsinya seseorang sebagai anggota masyarakat dan (2) penyakit,
apalagi kematian dini, merugikan kepentingan masyarakat yang telah
mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan sosialisasi
anggota masyarakat.
Tipologi Sehat dan Perilaku Sakit Wolinsky membedakan delapan macam
keadaan sehat, yaitu (1) sehat secara normal, (2) pesimis, (3) sakit
secara sosial, (4) hipokondrik, (5) sakit secara medis, (6) martir, (7)
optimis, dan (8) sakit serius.
Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku
sakit. Menurut Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada
kaitannya dengan penyakit. Di bidang sosiologi kesehatan dikenal pula
konsep lain yang berkaitan, yaitu perilaku upaya kesehatan. Tanggapan
seseorang terhadap suatu penyakit ditentukan oleh berbagai faktor.
Mechanic menyebutkan sepuluh faktor atau variabel yang mempengaruhi
tanggapan baik si penderita sakit sendiri maupun orang lain terhadap
situasi sakit seseorang.
Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep disease dan
illness. Bagi Conrad dan Kern disease merupakan gejala biofisiologi
yang mempengaruhi tubuh. Menurut Field disease adalah konsep medis
mengenai keadaan tubuh tidak normal yang menurut para ahli dapat
diketahui dari tanda dan simtom tertentu. Sarwono merumuskan disease
sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau
tekanan lingkungan, baginya disease bersifat objektif. Bagi Conrad dan
Kern illness adalah gejala sosial yang menyertai atau mengelilingi
disease. Bagi Field illness adalah perasaan pribadi seseorang yang
merasa kesehatannya terganggu. Sarwono merumuskan illness sebagai
penilaian individu terhadap pengalaman menderita penyakit; baginya
maupun bagi Field illness bersifat subjektif.
Muzaham menerjemahkan istilah disease menjadi penyakit, dan illness
menjadi keadaan-sakit, sedangkan Sarwono pun menerjemahkan istilah
disease menjadi penyakit, tetapi menerjemahkan istilah illness menjadi
sakit. Dalam setiap masyarakat dijumpai suatu sistem medis. Menurut
definisi Foster, sistem medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha
meningkatkan kesehatan dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun
keterampilan anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut. Foster
mengidentifikasikan pula beberapa unsur universal dalam berbagai sistem
medis tersebut. Penyakit merupakan suatu produk budaya. Menurut Geest
dalammasyarakat berbeda penyakit dinyatakan secara berbeda, dijelaskan
secara berbeda, dan dikonstruksikan secara berbeda pula.
Sejumlah pengamat masalah kesehatan mengemukakan bahwa penyakit
merupakan konstruksi sosial. Contoh mengenai penyakit sebagai konstruksi
sosial ini antara lain disajikan oleh Conrad dan Kern, yang membahas
konstruksi sosial perempuan sebagai makhluk lemah dan tidak rasional
yang terkungkung oleh faktor khas keperempuanan seperti organ
reproduktif dan keadaan jiwa mereka, dan kecenderungan untuk
mengkonstruksikan sindrom pramenstruasi dan menopause sebagai gangguan
kesehatan yang memerlukan terapi khusus. Contoh berikut disajikan oleh
Diederiks, Joosten dan Vlaskamp, yang mengkhususkan pembahasan mereka
pada konstruksi sosial cacat fisik dan mental. Contoh lain disajikan
oleh Brumberg, yang membahas Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai
materi di atas, kerjakanlah latihan berikut! konstruksi sosial gejala
anorexia nervosa di kalangan perempuan Barat. Contoh terakhir bersumber
pada tulisan Nijhof, yang didasarkan pada otobiografi pengidap penyakit
kronis.
Sejak 10 tahun terakhir, angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia berada pada tingkat yang tertinggi
diantara negara berkembang di dunia dan belum menunjukan adanya
kecenderungan menurun walaupun sudah cukup banyak upaya yang dilakukan.
Bahkan diantara negara ASEAN pun pada tahun 2002 angka kematian ibu
melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali
kematian ibu di Singapura, 9,5 kali dari Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat
dari indeks Filipina (LIPI, 2009)
Berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar
228 per 100.000 kelahiran hidup.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010 – 2014 telah ditetapkan tujuan
pembangunan kesehatan, diantaranya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI)
menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDG’s pada
goal 5 adalah penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015.
Penyebab langsung kematian ibu
sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan
(SKRT 2001), yaitu karena perdarahan (28%), eklamsia (24%), dan infeksi
(11%).
Penyebab tidak langsung kematian
ibu antara lain karena kurang energi kronis (KEK) pada kehamilan (37%)
dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan
meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu
yang tidak anemia.
Dalam hal kesehatan ibu, data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menyebutkan bahwa secara nasional
82,3% kelahiran sudah dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.
Namun tenaga kesehatan terlatih di wilayah pedesaan perlu lebih
ditingkatkan agar kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan tidak jauh
berbeda dengan kelompok penduduk perkotaan, demikian juga perhatian
perlu dipusatkan pada pada penduduk miskin. Demikian pula halnya pada
provinsi seperti Maluku Utara, Maluku, dan Papua Barat perlu mendapatkan
perhatian agar proporsi perempuan usia reproduktif dapat lebih banyak
mendapatkan pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan.
Riskesdas 2010 melaporkan bahwa
pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan sudah lebih baik, yaitu 84%.
Akan tetapi masih ada 2,8% tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, dan
3,2% masih memeriksakan kehamilan ke dukun. Selain itu diketahui akses
(K1) adalah 92,8% ibu hamil mengikuti pelayanan antenatal, akan tetapi
hanya 61,3% selama kehamilan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali (K4).
Riskesdas 2010 melaporkan bahwa
pemanfaatan Pos Bersalin desa (polindes) / Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) sebagai tempat pelayanan terdekat ke masyarakat juga perlu
ditingkatkan, karena hanya 1,5% yang memanfaatkan untuk persalinan.
Walaupun secara nasional 59,4% perempuan usia reproduktif menggunakan
fasilitas kesehatan untuk persalinan, akan tetapi di beberapa provinsi
penggunaan fasilitas kesehatan untuk melahirkan masih sangat rendah,
seperti 7,8% di Sulawesi Tenggara, 8 % di Maluku Utara atau 12,1% di
Sulawesi Tengah.
REFERENSI:
Kementrian
Kesehatan RI, 2011, Informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak melalui
Radio, Panduan bagi Pengelola Program Radio Siaran Pemerintah &
Swasta Nasional Indonesia
- Kehamilan adalah masa dimana seorang wanita mengandung janin di dalam tubuhnya. Kehamilan terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi dan kelahiran
YANG HARUS DILAKUKAN OLEH IBU HAMIL
- Segera periksakan diri ke petugas kesehatan. Saat pemeriksaan, ibu hamil akan memperoleh:
- Pengukuran tinggi badan dan lingkar lengan atas (LILA) saat pertama kali periksa
- Penimbangan berat badan tiap kali periksa. Berat badan akan naik sesuai umur kehamilan
- Pengukuran tekanan darah dan besarnya kandungan tiap kali periksa. Kandungan akan membesar sesuai umur kehamilan
- Tablet tambah darah untuk diminum setiap hari selama 90 hari. Tablet tambah darah tidak berbahaya bagi bayi
- Imunisasi Tetanus Toxoid (TT). Imunisasi ini mencegah tetanus neonatorum pada bayi
- Ikuti Kelas Ibu Hamil yang ada di lingkungan Ibu
- Lakukan perawatan diri dengan cara:
- Cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih mengalir sebelum melakukan aktivitas
- Mandi 2 kali sehari
- Mengganti pakaian dalam pagi dan sore
- Cuci rambut minimal 2 kali seminggu dengan menggunakan shampo
- Menjaga kebersihan kulit dan kuku
- Sikat gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur malam
- Kurangi kerja berat
- Istirahat minimal 1 jam pada siang hari
MAKANAN UNTUK IBU HAMIL
- Makanlah dengan pola gizi seimbang, lebih banyak daripada sebelum hamil
- Pola mgizi seimbang maksudnya ibu harus makan beraneka ragam makanan supaya kekurangan zat gizi dari satu makanan dapat dilengkapi dengan zat gizi dari makanan lain. Selain itu juga harus seimbang antara asupan karbohidrat, lauk-pauk, sayur dan buah, serta waktu makan (pagi, siang dan malam).
- Tidak ada pantangan makan selama hamil
- Jika mual-mual, muntah, dan tidak nafsu makan, pilihlah makanan yang tidak berlemak dan menyegarkan, contohnya roti, ubi. Singkong, biskuit dan buah.
- Jangan minum jamu, minuman keras, atau merokok karena membahayakan kandungan
PEMBERIAN IMUNISASI TT (TETANUS TOKSOID)
- Pemberian I: segera setelah kehamilan terdeteksi
- Pemberian II: sebulan setelah pemberian vaksin pertama, dan paling lambat dua minggu sebelum waktu kelahiran
- Pemberian III: 6-12 bulan setelah pemberian vaksin kedua, atau selama masa masa kehamilan berikutnya
- Pemberian IV: satu tahun setelah pemberian vaksin ketiga, atau selama kehamilan berikutnya
- Pemberian V: satu tahun setelah pemberian vaksin keempat, atau selama kehamilan berikutnya
- Total 5 dosis yang diterima oleh Wanita Usia Subur (WUS) akan memberi perlindungan seumur hidup. WUS yang riwayat imunisasinya telah memperoleh 3-4 dosis DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada waktu anak-anak, cukup diberikan 2 dosis TT pada saat kehamilan pertama, ini akan memberi perlindungan terhadap seluruh bayi yang akan dilahirkan.
TANDA-TANDA IBU MAU MELAHIRKAN
- Perut mulas secara teratur
- Mulasnya sering dan lama
- Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
- Keluar air ketuban dari jalan lahir
TANDA-TANDA BAHAYA IBU HAMIL
- Perdarahan pada hamil tua dan hamil muda
- Bengkak di kaki, atau wajah disertai sakit kepala dan atau kejang
- Demam atau panas tinggi
- Air ketuban keluar sebelum waktunya
- Bayi di kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
- Muntah terus dan tidak mau makan
YANG PERLU DIPERSIAPKAN UNTUK MELAHIRKAN
- Tanyakan kepada bidan atau dokter tanggal perkiraan persalianan
- Suami dan keluarga mendampingi saat ibu hamil periksa
- Siapkan tabungan untuk mbiaya persalinan
- Suami, keluarga, dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewktu-waktu diperlukan
- Rencakan melahirkan ditolong bidan atau dokter di fasilitas pelayanan kesehatan
- Rencanakan ikut Keluarga Berencana (KB). Tanyakan caranya kepada petugas kesehatan
- Siapkan orang yang menjadi donor darah jika sewaktu waktu diperlukan
PERAN KELUARGA UNTUK MENJAGA KESEHATAN IBU HAMIL
- Mendampingi ibu hamil ketika memeriksakan kesehatannya
- Mengingatkan untuk makan yang bergizi seimbang dengan porsi dua kali dari saat sebelum hamil
- Mengingatkan dan mendampingi ke Posyandu untuk memperoleh Kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah Darah.
- Mengingatkan ibu untuk lebih banyak beristirahat dan tidak mengerjakan pekerjaan yang berat.
REFERENSI:
- Kementrian Kesehatan RI, 2011, Informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak melalui Radio, Panduan bagi Pengelola Program Radio Siaran Pemerintah & Swasta Nasional Indonesia
- Puskesma, Rumah Sakit, dan Rumah Bersalin
MANFAAT MELAHIRKAN DI FASILITAS KESEHATAN
- Ibu mendapat pertolongan dari tenaga kesehatan terlatih
- Bila terdapat tanda bahaya atau terjadi komplikasi, dapat segera dilakukan tindakan pertolongan
TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN
- Perdarahan dari jalan lahir
- Tali pusat atau tangan / kaki bayi keluar lebih dulu dari jalan lahir
- Ibu tidak kuat mengejan
- Ibu kejang
- Air ketuban keruh dan berbau
- Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas
- Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
- Setelah bayi lahir ari-ari tidak keluar
- Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
- Ibu mengeluarkan darah dalam jumlah banyak setelah bayi lahir
CARA INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN ASI EKSKLUSIF
- Cara inisiasi menyusu dini adalah begitu bayi lahir, letakan bayi di dada ibu. Biarkan bayi berusaha mencari puting susu ibunya. Tindakan ini bisa mencegah perdarahan dan merangsang keluarnya ASI
- ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja sejak bayi lahir hingga berusia 6 bulan tanpa disertai makanan yang lain.
CARA PERAWATAN IBU SETELAH MELAHIRKAN DAN NIFAS
- Minum 1 kapsul Vitamin A warna merah segera setelah melahirkan
- Minum lagi Kapsul Vitamin A pada hari kedua, jarak kapsul pertama dan kedua minimal 24 jam
- Periksa ke Bidan / Dokter minimal 3 kali, yaitu pada minggu pertama, kedua dan ke enam
- Makanlah dengan pola gizi seimbang, lebih banyak daripada saat hamil
- Istirahat/tidur cukup dan banyak minum supaya ASI keluar cukup banyak
- Bagi ibu nifas yang memerlukan, minumlah Tablet Tambah Darah setiap hari, selama 40 hari
IKUT PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB)
- Agar ibu tidak cepat hamil lagi dan dapat menjaga jarak kehamilan
- Agar ibu punya waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak, dan keluarga
TANDA BAHAYA PADA SAAT NIFAS
- Perdarahan lewat jalan lahir
- Demam
- Wajah, tangan, atau kaki bengkak
- Nyeri/panas di daerah tungkai
- Payudara bengkak, berwarna kemerahan, terasa sakit
YANG HARUS DILAKUKAN BILA TERJADI TANDA BAHAYA SAAT NIFAS
- Ibu segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat
REFERENSI:
- Kementrian Kesehatan RI, 2011, Informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak melalui Radio, Panduan bagi Pengelola Program Radio Siaran Pemerintah & Swasta Nasional Indonesia
- Segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan atau petugas kesehatan terdekat
- Di fasilitas kesehatan atau petugas kesehatan terdekat, ibu akan memperolah pelayanan kesehatan untuk menyelamatkan kehamilan ibu dan cara-cara menjaga kehamilan sehingga ibu selamat dan bayi lahir sehat
KETIKA KELUARGA MERASA KEHAMILAN ITU PROSES ALAMIAH
- Kehamilan itu memang proses alamiah, tetapi perlu dijaga supaya ibu selamat ketika melahirkan dan bayi lahir sehat
- Kehamilan adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga, tidak boleh diabaikan
- Ibu agar memeriksakan kehamilannya minimal empat kali ke petugas kesehatan selama hamil untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan bayi
KETIKA KELUARGA MERASA LEBIH NYAMAN BERSALIN DENGAN DUKUN
- Dukun memiliki ketrampilan berdasarkan pengalaman secara turun menurun, sedangkan petugas kesehatan meiliki keahlian setelah memperoleh pendidikan formal
- Bila ada kelainan kehamilan, petugas kesehatan dapat segera mengetahui apakah membahayakan jiwa ibu dan bayi. Petugas dapat segera merujuk ke rumah sakit terdekat. Peran dukun membantu untuk memandikan bayi, mengurut/ memijat ibu, dan sebagainya
KETIKA KELUARGA MERASA LEBIH MAHAL BERSALIN DENGAN BIDAN
- Memeriksakan kehamilan ke Bidan tidaklah mahal. Jika dinilai dengan risiko ibu dan bayi yang mungkin meninggal akibat ditolong bukan oleh tenaga kesehatan
- Ibu hamil lebih aman melahirkan di fasilitas kesehatan karena bila ada kelainan kehamilan segera diketahui dan dapat ditangani lebih awal sebagai pencegahan supaya ibu selamat dan bayi lahir sehat
- Mulai tahun 2011 ada program Jaminan Persalinan yang dikhususkan bagi ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan
KETIKA ASI TIDAK KELUAR
- Kondisi kejiwaan ibu sangat mempengaruhi keluarnya ASI
- Ibu harus bersuka cita karena memiliki anak
- Ibu dapat mendatangi fasilitas kesehatan atau petugas kesehatan untuk memperoleh informasi dan cara melakukan pemijatan agar produksi ASI cukup
- Ibu perlu makan dalam jumlah dua kali lipat daripada saat sebelum hamil karena selain kebutuhan juga untuk menghasilkan ASI
- Makan sayuran hijau tua dan kacang-kacangan akan memperbanyak produksi ASI
KETIKA IBU MENGALAMI PEMBENGKAKAN PAYUDARA
- Payudara yang membengkak pada saat menyusui adalah hal yang yang alamiah karena mengandung ASI
- Ibu dapat mendatangi fasilitas kesehatan untuk memperoleh informasi dan cara mencegah pembengkakan payudara
KALAU IBU TIDAK MAU IKUT KELUARGA BERENCANA (KB)
- Ibu perlu ber-KB minimal 2 tahun
- Dengan ikut KB, ibu menunda kehamilan, sehingga ibu punya banyak waktu merawat kesehatan diri sendiri, anak dan keluarga. Bila ibu dinyatakan hamil berarti dalam tubuh ibu sudah ada janin yang perlu diperhatikan asupan makanannya sehingga pemberian ASI kepaqda anak yang masih balita perlu dihentikan
KETIKA IBU TIDAK MENDAPAT DUKUNGAN KELUARGA (SUAMI/MERTUA)
- Memilih penolong saat kehamilan adalah hak ibu. Oleh karena menyangkut nyawa ibu dan bayi, ibu bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bayinya
- Bila suami dan keluarga tidak mendukung untuk memeriksakan kehamilan ke petugas kesehatan, ibu dapat berkonsultasi dengan kader Posyandu atau petugas kesehatan untuk memberikan cara penyelesaian masalah yang terbaik
- Minta bantuan kader Posyandu atau petugas kesehatan untuk memberikan informasi kepada suami dan keluarga tentang manfaat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan ke petugas kesehatan
- Dukungan suami dan keluarga sangat penting agar bayi dan ibu sehat dan selamat
- Keluarga harus diberi pengertian bahwa kehamilan adalah anugerah Tuhan. Ibu hamil perlu dijaga dan memperolah pelayanan kesehatan yang memadai
REFERENSI:
- Kementrian Kesehatan*RI, 2011, Informasi tentang Kesehatan Ibu dan Anak melalui Radio, Panduan bagi Pengelola Program Radio Siaran Pemerintah & Swasta Nasional Indonesia
Winslow (1920) mendefisikan Kesesahan Masyarakat (Public Health) sebagai suatu Ilmu dan seni: mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “usaha-usaha pengorganisasian masyarakat” untuk:
- Perbaikan sanitasi lingkungan
- Pemberantasan penyakit menular
- Pendidikan untuk kebersihan perorangan
- Pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan
- Pengembanagan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatan.
Ikatan Dokter Amerika (1948)
mendefinisikan Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara,
melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha
pengorganisasian masyarakat.
SEJARAH ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
Mitos Yunani
- Asclepius: dokter pertama yang dapat mengobati penyakit dan melakukan pembedahan dengan cara tertentu. Higiena, asisten/isri Asclepius, mengajarkan pada pengikutnya melalui pendekatan Hidup seimbang, menghindari makanan/minuman beracun, makan makan yang bergizi, cukup istirahat dan olah raga. Dari cerita mitos Yunani tersebut, muncul dua pendekatan dalam penangan kesehatan, aliran pertama lebih menekankan pengobatan (kuratif), aliran kedua lebih menekankan pencegahan (preventif) dan peningkatan (promosi) kesehatan.
Perbedaan curatif health care dan preventif heath care
NO CURATIF HEALTH CARE PREVENTIF HEATH CARE
1 Sasaran individul Sasaran masyarakat
2 Pedekatan reaktif Pendekatan proaktif
3 Penangganan bio-psikologis Penangganan bio-psiko-sosial
Periode sebelum Ilmu Pengetahuan
- Pada zaman Romawi kuno telah dibuat latrin/tempat pembuangan kotoran manusia, bukan untuk tujuan mencegah penyakit. Tetapi untuk mencegah bau dan pandangan yang tidak mengenakan.
- Pada zaman Romawi telah ada peraturan yang mengharuskan untuk mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan binatang berbahaya/ bau, melakukan supervisi pada tempat minum, warung, prostitusi.
- Abad ketujuh, dirasakan kesehatan masyarakat sudah begitu penting, karena saat itu sudah ada wabah kolera dan kusta
- Abad ke 12, terjadi wabah pes dasyat di Cina dan India. Pada tahun 1340 tercatat 13 juta meninggal karena pes.
- Pada masa tersebut, masalah kesehatan masyarakat sudah demikian hebatnya, tetapi upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh belum dilakukan.
Periode Ilmu Pengetahuan
- Pada abad ke 19 telah ditemukan vaksin cacar oleh Louis Pasteur, asam karbol untuk sterilisasi operasi oleh Joseph Lister, ether untuk anestesi oleh William Marton
- Tahun 1832 dibentuk komisi untuk penyelidikan dan upaya kesehatan masyarakat di Inggris diketuai oleh Edwin Chadwich.
- Tahun 1893, John Hopkins, mendirikan Fakultas Kedokteran di Amerika.
- Tahun 1855, di Amerika dibentuk Departemen Kesehatan, yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Termasuk pengawasan kesehatan lingkungan.
- Tahun 1872, diadakan pertemuan orang-orang yang peduli pada kesehatan masyarakat dengan dibentuknya Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Assosiation).
Perkembangan IKM di Indonesia
- Dimulai abad ke 16, pada saat pemerintahan Belanda. Tahun 1927, kolera masuk Indonesia, 1937 terjadi wabah kolera eltor, 1948 cacar masuk Indonesia, sejak adanya wabah kolera pemerintahan Belanda melakukan upaya kesehatan masyarakat.
- Tahun 1807 oleh Gubernur Jendral Daendels dilakukan pelatihan dukun bayi dan praktek persalinan
- Tahun 1851, dr.Bosch mendirikan STOVIA (School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) sekolah kedokteran untuk pribumi di Jakarta, dan di Surabaya tahun 1913 didirikan NIAS (Nederland Indische Arsten School)
- Tahun 1922, pes masuk Indonesia, setahun berikutnya telah terjadi wabah, 1935 dilakukan penyemprotan DDT dan vaksinasi masal.
- Tahun 1951, Dr. Y. Leimena dan dr. Patah memperkenalkan Konsep Bandung, bahwa aspek kuratif dan preventif tidak dapat dipisahkan
- Tahun 1956, dr. Y. Sulianti mendirikan “Proyek Bekasi” proyek keterpaduan pelayanan kesehatan pedesaan dan pelayanan medis.
- Tahun 1967, seminar tentang kesehatan masyrakat terpadu, tentang konsep Puskesmas oleh dr. Achmad Dipodilogo, yang akhirnya pada tahun 1968 dikembangkan oleh Pemerintah
RUANG LINGKUP KESEHATAN MASYARAKAT
- Epidemiologi
- Biostatistik/statistik Kesehatan
- Kesehatan Lingkungan
- Pendidikan Kesehatan dan Perilaku
- Administrasi Kesehatan Masyarakat
- Gizi Masyarakat
- Kesehatan Kerja
UPAYA-UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT:
- Pemberantasan penyakit menular dan tidak menular
- Perbaikan sanitasi lingkungan
- Perbaikan Lingkungan Pemukiman
- Pemberantasan vektor
- Pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat
- Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
- Pembinaan Gizi masyarakat
- Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
- Pengawasan obat dan minuman
- Pembinaan peran serta masyarakat
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT
Blum (1974) mengatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat:
- Lingkungan, yang mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya
- Perilaku
- Pelayanan Kesehatan
- Hereditas (keturunan)
- Intervensi faktor lingkungan : perbaikan sanitasi, peningkatan pendidikan, perbaikan sosial ekonomi, stabilitas politik dan keamanan
- Intervensi pelayanan kesehatan: penyediaan dan perbaikan fasilitas kesehatan, perbaikan sistem dan manajemen pelayanan kesehatan
- Intervensi hereditas, perbaikan gizi ibu hamil, pendidikan kesehatan pada kelompok risiko penyakit keturunan.
REFERENSI:
- Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB
- Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti
- M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
- M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta
- Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta
- Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
- Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
- Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta
- Bambang, 1990, Dasar dasar Epidemiologi
Pada tahun 1978, dalam
konferensi Alma Alta ditetapkan prinsip-prinsip Primary Health Care
sebagai pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi
semua. Lima prinsip dasar Primary Health Care meliputi tiga unsure utama
yaitu: upaya dasar kesehatan, peran serta masyarakat dan kerjasama
lintas sektoral, sebagai berikut:
- Pemerataan upaya kesehatan;
- Penekanan pada upaya preventif;
- Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan;
- Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian;
- Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengertian Primary Health Care, menurut deklarasi Alma Alta 1978, adalah sebagai berikut:
- “Primary Health Care is essential health care, based on practical, scientifically sound socially acceptable methods and technology made universally accessible to individuals and families in the community, through their full participation and at a cost that the community and the country can afford to maintain at every stage of their development, in the spirit of self reliance and self determination”
- “It forms and integral part both of the country’s health system, of which it is the central function and its main focus, and of the overall social and economic development of the community. It is the first level of contact of individuals, the family and community with the national health system bringing health care as close as possible to where people live and work, and constitutes the first element of a continuing health care process”.
Primary Health Care:
- Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis dan pelayanan kesehatan masyarakat.
- Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
- Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan cara pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan peningkatan gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap penyakit menular utama dan penyegahan penyakit endemic, pengobatan penyakit umum dan cedera serta penediaan obat esensial.
- Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan, terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan, penerangan, agama, perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan sebagainya.
- Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian PHC serta penggunaan sumberdaya yang ada.
- Ditunjang oleh system rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional dan timbal balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan memprioritaskan golongan masyarakat yang paling membutuhkan.
- Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk tenaga kesehatan tradisonal yang terlatih di bidang teknis dan social untuk bekerja sebagai tim kesehatan yang mampu bekerja bersama masyarakat dan membangunkan peran serta masyarakat.
Hal-hal yang mendorong pengembangan konsep Primary Health Care adalah:
- Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai orientasi aspek social-ekonomi-politik.
- Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan dengan sektor pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya keterpaduan, kerjasama lintas sektor dan pemerataan/perluasan daya jangkau upaya kesehatan.
- Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta masyarakat di beberapa negara.
- Dengan demikian PHC sesungguhnya terjadi perubahan sosial dalam pembangunan kesehatan, diperlukan perubahan mental, perubahan struktur sistem kesehatan dan reorientasi pendayagunaan sumberdaya dan cara kerja petugas kesehatan. Pemerataan kesehatan menjadi esensi pendekatan ini, sehingga semakin disadari kaitan luas antara kesehatan dengan sektor lain, termasuk kesempatan kerja, lingkungan dan kedamaian hidup manusia.
PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA (PKMD)
- PKMD adalah bentuk operasional dari PHC di Indonesia. PKMD mencakup serangkaian kegiatan swadaya masyarakat berazaskan gotong royong, yang didukung oleh pemerintah melalui koordinasi lintas sektoral dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan atau yang terkait dengan kesehatan, agarmasyarakat dapat hidup sehat guna mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan yang lebih baik.
Upaya Kesehatan Dasar PKMD mempunyai 8 upaya kesehatan dasar yang mencakup:
- Pendidikan masyarakat tentang masalah kesehatan dan upaya penanggulangannya.
- Pemberantasan dan pencegahan penyakit endemik setempat.
- Program Imunisasi
- Kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
- Pengadaan obat esential
- Pengadaan pangan dan gizi
- Pengobatan penyakit umum dan cedera
- Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan
Program PKMD mencakup kegiatan seperti:
- Asuransi kesehatan
- Pos obat desa (POD)
- Tanaman obat keluarga (TOGA)
- Pos kesehatan
- Pondok bersalin Desa (Polindes)
- Tenaga kesehatan sukarela
- Kader kesehatan
- Kegiatan peningkatan pendapatan (perkreditan, perikanan, industri rumah tangga)
- Program PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan pedesaan yang menyeluruh, dibawah naungan LKMD, sekarang namanya BPD (Badan Perwakilan Desa). BPD bertanggung jawab terhadap sepuluh sisi pembangunan, termasuk kesehatan dengan tujuan untuk meningkatkan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Hubungan PHC, PKMD dan Posyandu
- Pendekatan PHC dimantapkan oleh adanya prioritas untuk menurunkan tngkat kematian bayi, ibu dan tingkat kelahiran. Strategi ini ditandai dengan pembangunan jaringan pelayanan ke tingkat masyarakat melalui Posyandu. Posyandu mencakup tiga unsur utama PHC, yang meliputi peran serta masyarakat, kerjasama lintas sektoral dan perluasan jangkauan upaya kesehatan dasar. Posyandu dengan ”lima kridanya” merupakan bentuk PHC atau PKMD yang berprioritas. Apabila selanjutnya memungkinkan untuk melengkapi krida (kegiatan) Posyandu dengan kebutuhan dasar yang lain yaitu sanitasi dasar dan penyediaan obat esensial sehingga menjadi sapta krida Posyandu, lengkaplah upaya kesehatan dasar yang dilaksanakan melalui Posyandu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat penduduk guna mencapai ”kesehatan bagi semua tahun 2000”
REFERENSI:
- Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB
- Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti
- M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
- M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta
- Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta
- Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
- Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
- Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta
- Bambang, 1990, Dasar dasar Epidemiologi
Paradigma Sehat
Pengertian :
- Cara pandang, pola pikir atau model pembangunan kesehatan yang melihat masalah kesehatan saling berkait dan mempengaruhi dengan banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan
Secara makro
- Berarti bahwa pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya di bidang kesehatan, minimal memberikan sumbangan dalam pengembangan lingkungan dan perilaku sehat
Secara mikro
- Berarti bahwa pembangunan kesehatan harus menekankan pada upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif
- Paradigma sehat dengan sebutan : “ Gerakan Pembangunan Yang Berwawasan Kesehatan “ dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal : 1 Maret 1999
Latar Belakang / Dasar Pemikiran:
- Sehat adalah hak asasi manusia : Sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia, yang perlu dipertahankan dan dipelihara
- Sehat merupakan investasi. Untuk kehidupan yang produktif, sehat bukannya sesuatu yang konsumtif, tetapi merupakan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia
- Health is not everything, but without health everything is nothing
- Sehat merupakan salah satu dari tiga faktor utama kualitas sdm. Disamping Pendidikan dan Pendapatan
- Sehat merupakan karunia tuhan yang patut disyukuri. Bersyukur dengan perbuatan berarti berupaya memelihara dan meningkatkan
- Memelihara dan meningkatkan kesehatan lebih efektif daripada mengobati
- Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Faktor lingkungan dan perilaku mempunyai kontribusi sangat besar terhadap kualitas derajat kesehatan
Berdasarkan Paradigma Sehat :
Dirumuskan Visi Misi Dan Strategi Pembangunan Kesehatan
Visi Pembanguan Kesehatan: “ Indonesia Sehat 2010 “
- Adalah gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi tingginya
- Sehat : Meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
- Lingkungan Sehat : Lingkungan yang konduksif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang : (Bebas polusi; Tersedianya air bersih; Sanitasi lingkungan yang memadai; Perumahan dan pemukimam yang sehat; Perencanaan kawasan berwawasan kesehatan; Kehidupan masyarakat saling tolong menolong)
- Perilaku Sehat : Perilaku proaktif untuk: Memelihara dan meningkatkan kesehatan, Mencegah resiko terjadinya penyakit; Melindungi diri dari ancaman penyakit; Berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat
Misi Pembangunan Kesehatan:
- Menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
- Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
- Meningkatkan pelayanan kesehatan bermutu , merata, terjangkau
- Meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan
Strategi Pembangunan Kesehatan
- Pembangunan nasional berwawasan kesehatan
- Profesionalisme
- JPKM
- Desentralisasi
Referensi:
- Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB
- Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, Citra Aditya Bakti
- M. N. Buston, 1977, Pengantar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
- M. N. Buston, 1977, Epidemiologi penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta
- Azrul Azwar, 1989, Penanggulangan Wabah oleh Puskesmas, Binarupa, Jakarta
- Noor Nasri N, 1997, Dasar Epidemiologi, Rineka Cipta, Jakarta
- Sukidjo Notoatmodjo, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
- Azrul Azwar, 2001, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Binarupa, Jakarta
- Bambang, 1990, Dasar dasar Epidemiologi
LATAR BELAKANG
- Balita yang menderita Gizi buruk dan infeksi akan menyebabkan “tumbuh kembang otak” tidak optimal” dan bersifat permanen (tak terpulihkan), hal tersebut akan menghasilkan generasi yang bermutu rendah dan tentu akan menjadi beban pemerintah dan masyarakat
- Balita yang mendapat gizi cukup dan sehat akan menghasilkan anak cerdas dan produktif, hal tersebut akan menghasilkan generasi yang bermutu tinggidan tentu akan menjadi aset bagi pemerintah dan masyarakat
HUBUNGAN GIZI KURANG DAN KUALITAS SDM
- Balita dengan gizi buruk akan mengakibatkan:
- Daya tahan rendah
- Mudah sakit
- Kematian
- Ketiganya berpengaruh terhadap penurunan umur harapan hidup
- Daya tahan rendah
- Absensi meningkat
- Produktivitas rendah
- Pendapatan rendah
- Keempatnya berpengaruh terhadap pendapatan per kapita
- Tumbuh kembang otak tidak optimal
- Gangguan kecerdasan & mental
- Potensi pendidikan rendah
- Ketiganya berpengaruh terhadap penurunan tingkat melek huruf
- Umur harapan hidup yang rendah
- Pendapatan per kapita rendah
- Tingkat melek huruf rendah
- Ketiganya akan menyebabkan rendahnya Indek Pembangunan Manusia (IPM)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI
- Akar masalah: Sosial, Ekonomi, dan Budaya
- Pokok masalah: Kesetaraan jender, Pemanfaatan sumberdaya keluarga dan masyarakat, Pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan
- Penyebab tidak langsung: Persediaan pangan Rumah Tangga, Pola Asuh Gizi Keluarga (ASI, MPASI, Pemantauan Pertumbuhan, Gizi Seimbang), Sanitasi lingkungan, Air bersih, Yankes
- Penyebab langsung: Kecukupan asupan gizi (Jumlah dan keragaman), Penyakit infeksi
ALUR TERJADINYA GIZI BURUK
- Kegagalan produksi
- Krisis ekonomi
- Ketersediaan pangan ndi masyarakat menurun
- Pendapatan menurun
- Ketersediaan pangan rumaqh tangga menurun
- Daya beli menurun
- Asupan zat gizi kurang
- Infeksi
PENGERTIAN KADARZI
- Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) adalah : Keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
UPAYA PERBAIKAN GIZI
Visi : Sadar gizi untuk semua
Misi:
- Semua Masalah Gizi Dapat Dicegah dan Ditanggulangi
- Semua Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)
- Semua Pihak Bertanggung Jawab Dalam Upaya Perbaikan Gizi
UPAYA PERBAIKAN GIZI KELUARGA
- Perbaikan Keadaan Gizi Keluarga
- Perilaku Yang Mendukung Perbaikan Gizi (Perilaku Sadar Gizi)
- Partisipasi dan Pemerataan Kegiatan
INDIKATOR KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI)
- Menimbang berat badan secara teratur
- Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan (ASI eksklusif)
- Makan beraneka ragam
- Menggunakan garam beryodium
- Minum suplementasi gizi (Tablet Tambah Darah ataupun Kapsul Vit. A) sesuai anjuran.
UJI HIPOTESIS DESKRIPTIF
• Pengujian hipotesis deskriptif: proses generasilasi penelitian berdasarkan pada satu sampel
• Jika datanya interval rasio digunakan statistik parametris (distribusi data normal)
• Jika datanya nominal, ordinal digunakan statistik non parametris (distribusi data bebas)
STATISTIK PARAMETRIS
• Data: interval atau rasio
• Uji: t-test 1 sampel
• Rumus yang digunakan t atau z
• Rumus z digunakan jika simpangan baku populasi diketahui (karena umumnya tidak diketahui), sering dipakai rumus z
• Macam uji: uji dua fihak (two tail test) dan uji satu fihak (one tail test)
RUMUS t
• t = (x – μo) / (s/√n)
• t = nilai t yang dihitung = t hitung
• x = rata-rata x
• μo = nilai yang dihipotesiskan
• s = simpangan baku
• n = jumlah sampel
UJI DUA FIHAK (TWO TAIL TEST)
• Uji dua fihak digunakan jika Ho berbunyi: “… sama dengan …” dan Ha berbunyi: “…tidak sama dengan …”
• Ho: “Lama kala 2 pada primigravida sama dengan 1 jam”
• Ha: “Lama kala 2 pada primigravida tidak sama dengan 1 jam”
• Kesimpulan: Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel
UJI SATU FIHAK (ONE TAIL TEST)
• Uji fihak kiri:
– Ho = “… lebih besar atau sama dengan (≥)…”
– Ha = “… lebih kecil (<)…”
• Contoh:
– Ho = “Daya tahan bidan berdiri lebih besar dan sama dengan 2 jam”
– Ha = “Daya tahan bidan berdiri lebih kecil dari 2 jam”
• Kesimpulan: Ho diterima jika t hitung ≤ t tabel
• Uji fihak kanan:
– Ho = “… lebih kecil atau sama dengan (≤)…”
– Ha = “… lebih besar (>)…”
• Contoh:
– Ho = “Pasien Poli KIA dalam sehari lebih kecil dan sama dengan 20 orang”
– Ha = “Pasien Poli KIA dalam sehari lebih besar 20 orang”
• Kesimpulan: Ho diterima jika t hitung ≥ t tabel
STATISTIK NON PARAMETRIS
• Data: nominal atau ordinal
• Uji data nominal:
– Test Binomial
– Chi Kuadrat (χ2)
• Uji data ordinal:
– Run Test
TEST BINOMIAL
• Syarat:
– Populasi terdiri 2 klas (misal: pria dan wanita)
– Data Nominal
– Jumlah sampel kecil (<25)
• Distribusi data Binomial (terdiri 2 kelas): kelas dengan kategori (x) dan kelas dengan ketegori (N-x)
• Ketentuan: Bila harga P > α , Ho diterima
– P = proporsi kasus (lihat tabel)
– Α = taraf kesalahan ( 1% = 0,01)
• Contoh:
penelitian tentang kecenderungan Bumil memilih tempat bersalin di
Polindes atau di Puskesmas. Jumlah sampel 24 Bumil, 14 Bumil memilih di
Polindes, 10 Bumil memilih di Puskesmas
• Ho = peluang Bumil memilih tempat bersalin di Polindes atau Puskesmas adalah sama, yaitu 50%
• Ho = p1 = p2 = 0,5
• Sampel (n) = 24
• Frekuensi kelas terkecil (x) = 10
• Tabel (n=24, x=10) didapat koefisien binomial (p) = 0,271
• Bila taraf kesalahan (α) ditetapkan 1% = 0,01
• p = 0,271 > 0,01 maka Ho diterima
• Kesimpulan: kemungkinan Bumil memilih tempat bersalin di Polindes atau di Puskesmas adalah sama yaitu 50 %
CHI KUADRAT (χ2)
• Syarat:
– Populasi terdiri dari 2 atau lebih kelas
– Data Nominal
– Sampelnya besar
• Ho = “Peluang memilih x atau y adalah sama besar yaitu 50%”
• Ketentuan: Ho diterima jika χ2 hitung < χ2 tabel (dengan dk dan taraf kesalahan tertentu)
• dk = kebebasan untuk menentukan frekuensi yang diharapkan, jika peluangnya 2 (x atau y) maka dk =1
• Penelitian
peluang Bumil memilih periksa ANC di Bidan P2B dan Bidan D3. Jumlah
sampel 300 Bumil, memilih Bidan P2B 200 orang, memilih Bidan D3 100
orang
• Ho = “Peluang Bumil memilih periksa ANC di Bidan P2B dan Bidan D3 adalah sama (50%)”
• Jika dk = 1, α = 5% à χ2 tabel = 3,841, dan χ2 hitung = 33,33
• Kesimpulan: Ho ditolak
• Penelitian
tentang warna sepatu dipilih Bidan. Jumlah sampel 3000 Bidan, 1000
warna hitam, 900 warna putih, 600 coklat, 500 warna lain
• Ho =“Peluang Bidan memilih empat warna sepatu adalah sama”
• Jika dk = 3, α = 5% à χ2 tabel = 7,815, dan χ2 hitung = 226,67
• Kesimpulan: Ho ditolak
RUN TEST
• Untuk mengukur urutan suatu kejadian random atau tidak (pada data ordinal)
• Caranya dengan memperhatikan jumlah “run”
• Run adalah kejadian yang berurutan
• Contoh: @@@ ## @ ### @@ # @@ = 7 run
• Ho = “Urutan dalam memilih … adalah random”
• Ketentuan: Ho diterima jika r observasi berada diantara r kecil (tabel) dan r besar (tabel)
UJI HIPOTESIS DESKRIPTIF
SKALA VARIABEL UJI STATISTIK
- NOMINAL TEST BINOMIAL, CHI KUADRAT
- ORDINAL RUN TEST
- INTERVAL RASIO t-TEST, RUMUS Z (SD DIKETAHUI)
UJI HIPOTESIS ASOSIASI
- SKALA VARIABEL UJI STATISTIK
- NOMINAL CHI KUADRAT
- ORDINAL SPERMAN RANK, KENDAL TAU
- INTERVAL-RASIO PEARSON PRODUCT MOMENT, KORELASI GANDA, KORELASI PARSIAL
UJI HIPOTESIS KOMPARASI
REFERENSI:
- Budiarto, 2004, Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar, Jakarta, EGC
- Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 1 (statistik Deskriptif), Jakarta, Bumi Aksara
- Hasan, 2005, Pokok Pokok Materi Statistik 2 (statistik Infereansif), Jakarta, Bumi Aksara
- Nasution, 2004, Metode research (penelitian Ilmiah), Jakarta, Bumi Aksara
- Silalahi, 2003, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo, Citramedia
- Tjokronegoro, 2004, Metologi Penelitian Bidang kedokteran, Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui
upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir
semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:
a) Keluarga Berencana untuk membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b) Asuhan Antenatal Terfokus untuk
memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya,
menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c) Asuhan Pascakeguguran untuk
menatalaksana gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap
terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi
Kajian
dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan
tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya
kesakitan dan kematian
e) Penatalaksanaan Komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan
kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan
kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan
tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan
ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan
penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut
derajat, keadaan dan tempat terjadinya
Pergeseran Paradigma
Fokus
asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta
mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigma
dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan
komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi
selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut diatas:
· Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya
pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling
dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan
perdarahan pascapersalinan, diantaranya manipulasi minimal proses
persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi
uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan
dini terhadap persalinan patologis dan dilakukan saat ibu masih dalam
kondisi yang optimal.
· Laserasi/episiotomi
Dengan
paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin
karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi
kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya
terjadi robekan minimal pada perineum.
· Retensio plasenta
Penatalaksanaan
aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses
separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera
setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.
· Partus Lama
Untuk
mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan
partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses
persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan
ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin
kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan keluarga
klien.
· Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan
asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara
baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur
posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan
sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas
yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan
upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam
posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan
rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai
upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan
pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah
hipotermia.
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi.
Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan
di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat
terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat
diterapkan pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih
agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau deteksi dini secara
aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan
pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan
segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya
tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian
ibu dan bayi baru lahir.
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal
Kajian kinerja petugas pelaksana
pertolongan persalinan di jenjang pelayanan dasar yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, bekerjasama dengan Perkumpulan
Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI),
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR) dengan
bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan adanya kesenjangan
kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan
bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi kerjasama untuk
merancang pelatihan klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki
kinerja penolong persalinan. Dasar pelatihan klinik asuhan persalinan
normal ini adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir.