Home » » KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Posted by THE RIANDA on Saturday, 1 December 2012

A. KESEHATAN DAN ISLAM
Islam merupakan agama yang sangat sempurna, islam berbeda dengan agama yang datang sebelumnya. Islam datang sebagai agama untuk kepentingan duniawi dan ukhrawi secara menyeluruh. Tidak terbatas jalur hubungan antara hamba dengan Tuhannya (horisontal) saja tetapi Islam juga mengatur hubungan secara vertikal. Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat. Misalnya Hadits Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda. “Dua nikmat yang sering tidak diperhatikan oleh kebanyakan manusia yaitu kesehatan dan waktu luang.” 
KESEHATAN MASYARAKAT DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Kosa kata “sehat wal afiat” dalam Bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan bagian-bagiannya yang terbebas dari virus penyakit. Sehat Wal Afiat ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.
Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT. Bahkan bisa dikatakan Kesehatan adalah nikmat Allah SWT yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan. Firman Allah dalam Al Quran, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (Surah Ibrahim [14]:7).
Berdasarkan Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir dari Nabi SAW bersabda: Setiap penyakit pasti ada obatnya, apabila obatnya itu digunakan untuk mengobatinya, maka dapat memperoleh kesembuhan atas izin Allah SWT (HR. Muslim). Bahkan Allah SWT tidak akan menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh  Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: Allah SWT tidak menurunkan sakit, kecuali juga menurunkan obatnya (HR  Bukhari).
Menurut Aswadi Syuhadak dari UIN Sunan Ampel Surabaya, indikasi sakit, sembuh dan sehat dalam bahasa Al-Qur’an, secara berurutan dapat didasarkan pada kata maradl, syifa’ dan salim. Kata maradl dan syifa’ secara berdampingan diungkapkan
(QS.al-Syu`ara’ [26/47]: 80 )                           يَشْفِينِ وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ

  “Apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku“.

Pada ayat ini tampak dengan jelas bahwa term sakit-maradl dikaitkan dengan manusia, sedangkan syifa’ maupun kesembuhan yang diberikan pada manusia adalah disandarkan pada Allah SWT. Kandungan makna demikian ini juga mengantarkan pada sebuah pemahaman bahwa setiap ada penyakit pasti ada obatnya, dan apabila obatnya itu sesuai penyakitnya akan memperoleh kesembuhan, dan kesembuhannya itu adalah atas izin dari Allah SWT.
Kata salim, dapat dijadikan  rujukan bahwa makna kesehatan menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam diri manusia, baik jasmani maupun ruhani, lahir maupun batin, baik tauhid rububiyah (insaniyah) maupun uluhiyah (ilahiyah) sejak dari awal kehidupan hingga di hari kebangkitan. Istilah kesehatan jasmani dalam kajian ini lebih difokuskan pada perilaku amal shalih dan bukan sekedar berorientasi pada bentuk jasadiyah, badaniyah maupun harta kekakayaan, tetapi sekali lagi bahwa kesehatan jasmani di sini lebih mengarah pada amal perbuatan yang didasarkan pada nilai-nilai ruhaniyah uluhiyah maupun rububiyyah.
Kesehatan amaliyah inilah yang dapat bertahan hingga hari kebangkitan. Sedangkan kesehatan jasadiyah, badaniyah maupun ekonomi dapat dipahami sebagai raga, alat atau media yang dapat dimanfaatkan dalam mencapai kebersihan amal dengan melalui pertimbangan tauhid rububiyah maupun uluhiyah.
Dalam konteks masyarakat muslim modern, masalah kesehatan telah menjadi urusan publik maka terkait dengan kebijakan negara. Upaya mewujudkan perilaku sehat warga masyarakat dalam perspektif kebijakan kesehatan antara lain: kebijakan penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit; kebijakan peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat; kebijakan peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup; Kebijakan dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui upaya peningkatan pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan terutama untuk ibu dan anak; dan kebijakan peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat. Beberapa bahasan kesehatan masyarakat dakam perspektif islam akan dibahas dibagian selanjutnya.

B. SANITATION AND PERSONAL HIGIENE (KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERORANGAN)
Allah menyeru orang-orang beriman supaya membersihkan (menyucikan) diri mereka, yang sesuai dengan fitrah jiwa mereka dan sunnah alam.
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci . Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al Baqarah [2]:222)
 Kebersihan terdiri dari kebersihan personal dan juga kebersihan lingkungan. Kebersihan personal  meliputi kebersihan badan, tangan, gigi, kuku, dan rambut. Di bawah ini adalah beberapa ayat Al qur’an dan Hadist yang menyatakan pentingnya kebersihan personal.
 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni’mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.(QS. Al Maidah [5]: 6)
 Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.(QS. Al A’raf [7]:31)
 Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda “Kunci shalat adalah bersuci (melalui wudhu)”. Dalam kesempatan lain beliau pernah bersabda:  “ Kunci surga adalah shalat, dan kunci shalat adalah kebersihan dan bersuci.”
Demikian juga kebersihan lingkungan, jalan, rumah, tata kota, saluran irigasi, sumur serta tebing-tebingnya. Umat Islam sangat berhati-hati dalam menjaga lingkungan terdekat mereka agar tetap bersih. Satu contoh tentang itu disebutkan dalam surah al-Hajj. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk memelihara Ka’bah agar tetap bersih untuk orang-orang beriman yang berdo’a di sekitar tempat itu,
 Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): “Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku’ dan sujud. (Q.S Al-Hajj [22]: 26).
Sebagaimana dikehendaki ayat tersebut, kebersihan lingkungan tempat suci yang sejenis (mushala, masjid, majelis taklim, Ed.) harus dipelihara, terutama sekali bagi orang-orang beriman lainnya yang hendak menunaikan ibadah untuk mendapatkan ridha Allah.
C. EPIDEMIOLOGI (PREVENTIF PENYAKIT MENULAR)
Islam menjelaskan berbagai cara pencegahan penyakit menular, juga mencegah penyebarannya. Di antaranya adalah dengan karantina  penyakit. Nabi Muhammad SAW bersabda:
            “Jauhkanlah dirimu sejauh satu atau dua tombak dari orang yang berpenyakit lepra”.
Dan:
            “Larilah dari penderita lepra sebagaimana kamu lari dari harimau.” (HR. Bukhari)
Islam juga mengajarkan  prinsip-prinsip dasar pencegahan dan penanggulangan berbagai penyakit infeksi yang membahayakan masyarakat (misalnya wabah kolera dan cacar).           Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
            “Janganlah engkau masuk ke dalam suatu daerah yang sedang terjangkit wabah, dan bila dirimu berada di dalamnya janganlah pergi meninggalkannya.” (HR. Bukhari).
Hal ini dimaksudkan agar wabah tersebut tidak menyebar ke daerah lain, karena apabila seseorang berada di daerah yang sedang terjangkit wabah maka kemungkinan besar ia juga telah terserang infeksi yang dapat ia tularkan ke masyarakat sekitar.

D. MEMERANGI SERANGGA, HEWAN YANG MENULARKAN PENYAKIT, DAN HEWAN BERBAHAYA LAINNYA.
Dalam ajaran Islam diperintahkan untuk membunuh hewan-hewan yang dapat membunuh dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Diantaranya yaitu: hewan yang membahayakan manusia dan sering hidup ditengah populasi manusia, seperti ular, kalajengking. Hewan jenis ini dianjurkan untuk dibunuh dalam kondisi apapun.
Nabi bersabda:
            “Lima binatang jelek dan merusak, boleh dibunuh diluar tanah haram (tanah suci) dan di tanah suci, yaitu Ular, Gagak yang ada warna putih di perut atau punggung, Tikus, Srigala, dan Rajawali” (HR. Muslim)
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata “Kami tengah bersama Nabi disebuah goa, dan saat itu turun pada beliau ayat: ‘Demi Malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan‘ (QS Al-Mursalaat:1). Ketika kami mengambil air dari mulut goa, tiba-tiba muncul seekor ular dihadapan kami. Beliaupun bersabda, ‘Bunuhlah ular itu‘ Kamipun berebut membunuhnya, dan aku berhasil mendahului. Rasulullah r bersabda, ‘Semoga Allah melindungi dari kejahatan kalian sebagaiman Dia melindungi kalian dari kejahatannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Selain itu, dalam ajaran kita hukumnya makruh untuk memelihara anjing di rumah karena air liurnya yang najis. Hadits yang menjelaskan berbunyi demikian :
            “Diceritakan dari Muhammad bin Al-Mutsanna dan Ibnu Basyar, mereka berkata : menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, berkata : menceritakan kepada kami Su’bah, dari Qatadah dari Abi al-Hakam, berkata : Saya mendengar Abdullah bin [Syyd] Umar bercerita : Dari Rasulullah SAW, bersabda : ‘Barang siapa mengambil anjing, kecuali anjing [untuk keperluan] bertani atau berburu, pahalanya berkurang, setiap hari 1 qirath’.
Dalam riwayat lain pahalanya dikurangi 2 qirath. Hadits Rasulullah lainnya :
            “Jika seekor anjing menjilat periuk kalian, maka basuhlah tujuh kali yang mana salah satunya menggunakan debu” (H.R. Muslim).
Akan tetapi mazhab Hanafi dan Maliki berpendapat bahwa yang najis dari anjing adalah liurnya, bukan tubuhnya. Menurut mazhab Maliki mencuci najis anjing sebanyak tujuh kali dengan salah satu menggunakan debu adalah semata masalah ibadah, bukan karena najis itu sendiri.
Adapun serangga atau hewan kecil lainnya, kalau memang membahayakan atau menimbulkan masalah atau bahaya, seperti hama, baik hama burung, belalang, tikus, dan sebagainya maka boleh membunuhnya dan bahkan dianjurkan. Hukum ini dilandaskan kepada kaidah hukum Islam: “Semua yang menimbulkan bahaya (madharrat) harus dihilangkan”. Begitu juga serangga semacam nyamuk yang menimbulkan penyakit harus diberantas, bahkan meskipun dengan menggunakan bahan kimia.
Ada beberapa jenis serangga yang danjurkan untuk tidak dibunuh. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata: “Rasulullah melarang kami membunuh empat macam binatang: Semut, lebah, burung hudhud dan burung shurad.” (HR An-Nasa’i dan Ahmad)

E.  NUTRISIS (KESEHATAN MAKANAN)
Dalam kesehatan nutrisi, islam menganjurkan terhadap pemeluknya untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang halalan thoyyiban (halal dan baik). halal adalah suatu hal yang dibolehkan secara agama, sedangkan thayyib adalah sesuatu yang baik pada dasarnya, tidak merusak fisik dan pikiran, dan harus memenuhi syarat dari segi kebersihan dan kesehatannya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
 “ Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu ”. (Q.S Al baqaah (2) : 168)
Berdasarkan ayat diatas, Islam melarang manusia untuk mengonsumsi makanan dan minuman yg tidak halal dan tidak baik seperti bangkai, darah daging babi, minuman keras (khamer) binatang yang dicekik atau tercekik dan hewan ternak yang tidak disembelih dengan menyebut nama Allah.
Islam begitu hati-hati dalam hal kesehatan nutrisi ini, karena kebersihan dan kebaikan adalah suatu hal yang fitrah, hal yang fitrah ini akan dapat bersinergi dalam tubuh manusia yang telah diciptkan oleh Allah dengan keadaan fitrah. Adapun pokok-pokok yang perlu diperhatikan, antara lain :
  1. Bagi kaum muslimin, makanan di samping berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, juga berkaitan dengan ruhani, iman dan ibadah juga dengan identitas diri, bahkan dengan perilaku. Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh-tumbuhan, daging binatang laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan semua yang bergizi.
Bila kita menghindari makanan-makanan yang  tidak baik (junk food), maka akan dihasilkan tulang yang kokoh, otot yang kuat, pipa/saluran-saluran yang bersih, otak yang cemerlang, paru-paru dan hati yang bersih, jantung yang dapat memompa darah dengan baik. Dan diperintah manusia untuk selalu memperhatikan makanannya, seperti firman Allah :

“Maka seharusnya manusia memperhatikan makanannya”  (Q.S Abasa (80) : 24).

Jadi bagi seorang muslim makan dan makanan bukan sekedar penghilang lapar saja atau sekedar terasa enak dilidah, tapi lebih jauh dari itu mampu menjadikan tubuhnya sehat jasmani dan rohani sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai  “khalifah fil Ardhi”. Rasulullah SAW pernah berkata dalam suatu hadistnya: “Seorang hamba Allah tidak akan berpindah dua kakipun pada hari kiamat, sampai ia mampu menjawab empat hal: umurnya bagaimana dihabiskan, pengetahuan  bagaimana diamalkan, hartanya bagaimana dinafkahkan  serta tubuhnya bagaimana digunakan atau diboroskan” (HR.Tirmidzi).

b.       Tata makanan. Islam melarang berlebih-lebihan dalam hal makanan, makan bukan karena lapar hingga kekenangan, diet ketika sedang sakit, memerintahkan berpuasa agar usus dan perut besarnya dapat beristirahat dan tidak berbuk dengan berlebih-lebhan atau melampaui batas.
Islam menegaskan kepada orang muslim untuk menjaga etika ketika makan. Allah memerintahkan kita untuk makan tidak berlebih-lebihan sedangkan Rasulullah SAW mengatakan bahwa “perut adalah seburuk-buruk tempat untuk diisi”. Sebagian besar penyakit bersumber dari perut. Oleh karenanya Maha Benar Allah SWT dalam Firman-Nya :

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”. ( Q.S Al A’raaf (7) : 31)
c. Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti banngkai, darah, daging babi, juga khamer.

“ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (Q.S Al Maidah (5) : 3)

Berkata nabi Muhammad  SAW :
  • ” Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram”  (HR Muslim).
  • “Rasulullah SAW melaknat tentang khamr, 10 golongan : (1)yang memerasnya, (2)yang meminta diperaskan, (3)yang meminumnya, (4)yang membawanya, (5)yang minta diantari, (6)yang menuangkan, (7)yang menjualnya, (8)yang makan harganya, (9)yang membelinya, (10)yang minta dibelikan.

Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.).

F. KESEHATAN IBU DAN ANAK DALAM ISLAM
Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan. Memberikan perhatian besar terhadap kelangsungan keluarga, sesuai posisinya sebagai bagian penting dalam masyarakat. Tentu saja faktor keluarga menjadi penentu baik atau buruknya suatu masyarakat.
Keselamatan dan kesehatan ibu hamil dan anak-anak merupakan tulang punggung dari kesinambungan manusia di dunia ini. Kewajiban semua pihaklah untuk peduli terhadap masalah tersebut.
Kesehatan Ibu Dan Anak adalah pemeliharaan ibu secara umum, ibu yang sedang hamil, ibu yang sedang melahirkan dan menyusui sehingga kesehatan anak juga terjaga
1. Masa Kehamilan
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dialah yang telah  menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu dijadikan darinya pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan …”(QS. Ar-rum: 30)
Raga sehat adalah dambaan seluruh manusia, apalagi wanita yang sedang hamil. Hal itu sangat diutamakan, karena keadaannya akan menyangkut pada perkembangan sang bayi dalam kandungannya dan juga pada proses melahirkannya.
Bila calon ibu sehat wal afiat, insya Allah bayi dalam kandungannya pun akan berkembang normal dan sehat. Maka usaha untuk menjadi ibu yang sehat dan bayi dalam kandungan yang sehat harus terus diutamakan dan diusahakan.
Kesehatan seorang wanita yang sedang mengandung dapat berpengaruh pada diri sendiri dan calon bayi yang dikandungnya. Maka pola makan sehari-hari harus diperhatikan dengan baik, yaitu pola makan yang halal, thoyyib (baik), sehat dengan gizi yang seimbang dan makanan yang bervariasi.
Jangan ikuti pada keadaan dimana calon ibu tidak nafsu makan, atau muntah-muntah karena misalnya pada saat bulan- bulan pertama hamil yang disebut ngidam. Usahakan harus tetap mengkonsumsi makanan halalan thoyyiban yang sehat dan bergizi, hal ini supaya terhindar dari penyakit anemia atau kurang darah, dengan gejala pusing dan tubuh jadi lemah.
Asupan makanan halalan thoyyiban yang bervariasi dan bergizi menjadi sangat perlu bagi calon ibu. Hal ini sangat berguna untuk calon ibu sendiri dan calon bayinya.
Yang perlu dijauhi adalah :
Merokok : Ulama Saudi Arabia memberi fatwa bahwa rokok itu haram. MUI (Majelis Ulama Indonesia) pun memfatwakan demikian, walau haramnya secara terbatas pihak-pihak tertentu di antaranya haram bagi pengurus MUI (wallahu a’lam, kenapa haram kok pilih-pilih orang). Maka mestinya digalakkan perlunya semua menjauhi rokok, tak terkecuali wanita yang sedang hamil. Resiko merokok bagi wanita hamil dan bayinya sangat menakutkan, yaitu : Akan terjadi keguguran, lahir premature, berat badan rendah, cacat bawaan, dan lain lain.
Minuman beralkohol : Resiko dari orang yang meminumnya telah disebut diatas tadi. Wanita muslimah tentu Insya Allah telah menjaga dirinya dari barang-barang itu karena telah mengerti hukumnya dan mentaati Robbnya. Tetapi bagi wanita yang merasa sok  modern, ingin kehidupan yang bebas, tak mustahil kedua barang haram itu menjadi barang yang konsumsi sehari-hari, karena untuk pergaulan dan kebebasan menikmati hidup. Tetapi harus diwaspadai adanya resiko yang besar mengancam kehidupannya dan kehidupan calon bayinya bila dia sedang hamil. Maka jauhilah sebelum menjadi penyesalan selamanya.
Sekali lagi larangan memakan dan minum barang-barang haram itu perlu diingat dan diperhatikan oleh kaum wanita atau bagi calon ibu. Di samping itu makanan dan minuman yang halalan thoyyiban serta mengandung unsur-unsur penting seperti tersebut di atas agar diperhatikan. Itu semua agar terhindar dari penyakit atau kekurangan darah.
Bagaimana cara agar baiknya pertumbuhan calon bayi dalam kandungan, silakan mencermati pola makan. Berusahalah secara rutin memakan sayur-sayuran yang berwarna hijau dan hindari gaya hidup yang tidak sehat.
2. Masa Melahirkan
Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian  khusus dibidang kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang dikaitkan dengan keimanan.
3. Masa Menyusui
Susu merupakan makanan terpenting dan sumber kehidupan satu-satunya bagi bayi di bulan-bulan pertama usianya. Susu terbaik untuk anak adalah air susu ibu karena dengan menyusui terjadilah kontak cinta dan kasih sayang antara ibu dan anak.
Riwayat-riwayat Ahlul Bait a.s. dan wejangan-wejangan yang mereka berikan kepada umat Islam banyak menekankan keutamaan air susu ibu bagi anak. Imam Amirul Mu’minin Ali a.s. berkata,
ما من لبن يرضع به الصبي أعظم بركة عليه من لبن أمّه
Artinya: Tidak ada air susu yang lebih berbarakah bagi anak bayi dari air susu ibunya sendiri.
Dalam surat al-Baqarah [2]:233  “Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’rûf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih [sebelum dua tahun] dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
Allah swt berfirman:
Artinya: seorang ibu mengandung anak dan menyapih (memberikan air susu) kepada anaknya selama 30 bulan (QS. Ahqaf : 15)
Para pakar psikologi menekankan agar para ibu hendaknya dalam keadaan yang tenang saat menyusui, lalu menyentuh kening anaknya dengan lembut. Selain itu mereka menyebutkan bahwa ibu tidak boleh memaksa anaknya untuk menghadap ke payudaranya, karena dikhawatirkan hal itu akan mengejutkan dan mem-bingungkan anak.

G. ISLAM DAN K3
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja. Dan bekerja mestilah dilakukan dengan niat semata-mata karena Allah untuk mendapat kebahagian hidup berupa rezeki di dunia, disamping tidak melupakan kehidupan hari akhirat. Kerana itu dalam Islam hendaklah menjadikan kerja sebagai ibadah bagi keberkatan rezeki yang diperolehnya, lebih-lebih lagi sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan di akhirat yang kekal abadi. Sebagaimana dalam Firman Allah dalam Surah Al – Qasas Ayat 77 ;

Artinya ; “ Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.

Begitu juga, Islam memerintahkan kita melakukan sesuatu kerja dengan cara yang sebaik-baiknya dengan mengutamakan menjaga keselamatan dan kesehatan. Ini menepati firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 195 berbunyi ;

Artinya : “Dan infakkanlah (hartamu) dijalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan (diri sendiri) dalam kebinasaan dengan tangan sendiri, dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

Manusia sebagai mahluk yang diberi akal dan kemampuan dari semua mahluk hidup ciptaanNya diberi peringatan untuk tidak melakukan kerusakan dengan perbuatannya (perilakunya tidak aman) dimana dengan berperilaku tidak aman tersebut akan menciptakan kondisi yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun terhadap orang lain dan juga terhadap kelangsungan hidup ciptaanNya yang lain (lingkungan hidup).
Hal tersebut semua diawali karena perilaku individu maupun kelompok yang tidak aman hingga membuat suatu kondisi atau lingkungan menjadi rusak, seperti :
Terjadi Longsor, banjir, perubahan iklim dan cuaca (climate change), penyakit, dan musibah alam lainnya. Bukankah Allah swt telah menciptakan semua yang ada dijagad raya ini dengan keseimbangan yang baik. Namun karena keserakahan, kesaliman, dan kemaksiatan manusia yang membuat kondisi alam menjadi tidak seimbang. Bencana yang dirasakan sekarang ini hanya sebagai teguran dan cobaan bagi umatnya. Teguran, bagi umatnya yang tidak beriman, yang telah melakukan kerusakan, dan cobaan bagi umatnya yang beriman.
Mengamalkan sikap yang baik dan dijauhi serta dihindari dari segala malapetaka.

Maksudnya : ” Dan jika Allah mengenakan (menimpa) engkau dengan bahaya bencana, maka tidak ada sesiapapun yang dapat menghapusnya melainkan Dia sendiri dan jika ia mengenakan (melimpahkan) engkau dengan kebaikan, maka ia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. ( Surah al-An’am ayat : 17)
Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keselamatan bagi pemeluknya. Islam dalam Al qur’an dan hadist melarang umat untuk membuat kerusakan jangankan kerusakan itu terjadi pada lingkungan, terhadap diri sendiri saja Allah melarangnya. Banyak contoh seperti penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Jelas menganiaya diri sendiri, berperilaku tidak aman dan sehat serta menjaga Lingkungan tetap aman dan sehat, adalah terjemahan dari segala larangan Allah swt baik, yang termaktup dalam Alquran maupun hadist. Dengan berperilaku yang aman dan sehat kita akan menjaga lingkungan hisup kita, karena Allah swt menciptakan alam semesta ini untuk dijaga demi kemaslahatan seluruh umat manusia.
Hubungannya K3 dengan islam adalah sama sama mengingatkan umat manusia agar senantiasa berperilaku (berpikir dan bertindak) yang aman dan sehat dalam bekerja ditempat kerja (dikantor, dipabrik, ditambang, dan dimana tempat anda bekerja). Dengan berperilaku aman dan sehat akan tercipta suatu kondisi atau lingkungan yang aman dan sehat. Dengan bekerja yang aman ditempat kerja, akan membawa keuntungan bagi diri anda sendiri maupun perusahaan tempat kerja anda. Perusahaan anda sehat andapun akan tenang dalam bekerja. Karena di situ tempat anda mencari nafkah. Anda bekerja untuk mencari nafkah, bukan bekerja untuk mendapat kecelakaan, penyakit dan masalah. Jadi mari kita mulai sekarang bekerja dengan SELAMAT.
Banyak ayat dalam Alquran untuk kita dianjurkan tuk senatiasa bekerja dengan menjaga keselamatan diri sendiri, keluarga, harta benda dan lingkungan hidup ini. Karena ingin mendapatkan hasil atau keuntungan yang banyak dari apa yang diusahakan sehingga norma dan peringatan-peringatan akan keselamatan menjadi terlupakan. Karena ingin sesuap nasi ada orang yang mau bekerja mempertaruhkan nyawanya, karena kurang bersyukur dengan apa yang didapatkan ada orang melakukan hal yang menyimpang (korupsi misalnya, mencuri, menipu dlsb) apa akibat dari perilaku tersebut ?
Berujung pada kesedihan, kesedihan tersebut bukan hanya dialami oleh pelaku tersebut namun dialami oleh keluarganya, dan orang lain, maupun lingkungan hidupnya. Seperti peribahasa karena nila setitik rusak susu sebelanga, karena perbuatan seseorang dapat merusak lingkungan sekitarnya. Karena perbuatan seseorang dalam sebuah kelompok maka rusaklah nama kelompok tersebut.
Jadi menjaga perilaku akan menjaga kondisi, dimana dalam suatu kondisi yang aman, sehat dan nyaman bukan hanya seorang yang merasakan kondisi tersebut tapi semua mahluk hidup ciptaanNya yang ingin merasakan lingkungan tersebut.
Menjaga perilaku yang akan dan sehat bukan hanya ditempat kerja, namun perilaku tersebut selayaknya dibawa dan diawali dari Rumah tangga, dijalan raya maupun dilingkungan rumah anda. Atau dilingkungan hidup lainnya.

H. KESEHATAN MENTAL DAN FISIK MENURUT PANDANGAN ISLAM
1. Kesehatan mental
Kesehatan mental merupakan terhindarnya seseorang dari keluhan dan gangguan mental baik neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial). Islam sendiri menagajarkan yang tersebut dalam Al-Quran banyak dibicarakan tentang  penyakit jiwa.  Mereka  yang  lemah  iman dinilai oleh Al-Quran sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya.
Dari  hadis-hadis  Nabi  diperoleh  petunjuk,  bahwa  sebagian kompleks  kejiwaan  tercipta  pada  saat janin masih berada di perut ibu, atau bahkan  pada  saat  hubungan  seks  (pertemuan sperma  dan  ovum),  demikian  juga  ketika  bayi  masih dalam buaian.
Karena itu, Islam memerintahkan kepada para ibu dan bapak agar menciptakan  suasana tenang, dan mengamalkan ajaran agama pada saat bayi berada dalam  kandungan,  sebagaimana  memerintahkan kepada  para  orang-tua  untuk  memperlakukan anak-anak mereka secara wajar.
Seperti diungkapkan oleh beberapa pakar  ilmu  jiwa,  sebagian kompleks  kejiwaan yang diderita orang dewasa, dapat diketahui penyebab utamanya  pada  perlakuan  yang  diterimanya  sebelum dewasa.
Dalam  Al-Quran  tidak  kurang sebelas kali disebut istilah fi qulubihim maradh, Kata qalb atau qulub dipahami dalam dua makna, yaitu akal  dan hati.  Sedang  kata  maradh  biasa diartikan sebagai penyakit. Secara rinci  pakar  bahasa  Ibnu  Faris  mendefinisikan  kata tersebut  sebagai  “segala  sesuatu yang mengakibatkan manusia melampaui batas keseimbangan/kewajaran  dan  mengantar  kepada terganggunya  fisik,  mental,  bahkan kepada tidak sempurnanya amal seseorang.”
Terlampauinya batas kesimbangan tersebut dapat berbentuk gerak ke arah berlebihan, dan dapat pula ke arah kekurangan. Dari sini dapat dikatakan bahwa Al-Quran memperkenalkan adanya penyakit-penyakit yang menimpa hati dan yang menimpa akal.
Penyakit-penyakit akal yang mengarah pada bentuk berlebihan disebabkan oleh kelicikan, sedangkan kurangnya pendidikan merupakan penyebab dari kekurangan. Karena kurangnya pendidikan akan membawanya kea arah ketidaktahuan baik yang disadari maupun tidak. Seseorang   yang   tidak   tahu    serta    tidak    menyadari ketidaktahuannya   pada  hakikatnya  menderita  penyakit  akal berganda. Penyakit akal berupa ketidaktahuan  mengantarkan  penderitanya pada keraguan dan kebimbangan.
Penyakit-penyakit    kejiwaan    pun    beraneka   ragam   dan bertingkat-tingkat. Sikap angkuh,  benci,  dendam,  fanatisme, loba,  dan  kikir  yang  antara  lain disebabkan karena bentuk keberlebihan   seseorang.   Sedangkan   rasa   takut,   cemas, pesimisme,   rendah   diri   dan   lain-lain   adalah   karena kekurangannya.
Yang akan memperoleh keberuntungan  di  hari  kemudian  adalah mereka  yang terbebas dari penyakit-penyakit tersebut, seperti bunyi firman Allah dalam surat Al-Syu’ara’ (26): 88-89:

Pada hari (akhirat) harta dan anak-anak tidak berguna (tetapi yang berguna tiada lain) kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang sehat.

Islam mendorong manusia agar memiliki kalbu  yang  sehat  dari segala  macam  penyakit dengan jalan bertobat, dan mendekatkan diri kepada Tuhan, karena:

Sesungguhnya dengan mengingat Allah jiwa akan memperoleh ketenangan (QS Al-Ra’d [13]: 28).

Ayat-ayat alquran yang menjelaskan kesehatan mental
Di dalam Al-Qur’an sebagai dasar dan sumber ajaran islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental.
Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. 3: 164)

Diterangkan pula  bahwa Allah mensifati diriNya bahwa Dia-lah Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Bijaksana yang dapat memberikan ketenangan jiwa ke dalam hati orang yang beriman dalam surat Al-Fath yang artinya:

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. “

Surat Yunus ayat 57
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit- penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Surat Al-Syu’ara [26]: 88-89

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ(88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ(89)

“(Yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

2. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik merupakan suatu bentuk keserasian yang sempurna antara bermacam-macam fungsi jasmani disertai dengan kemampuan untuk menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa, yang terdapat dalam lingkungan, disamping secara positif merasa gesit, kuat dan semangat.
Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai “Ketahanan jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan memelihara serta mengembangkannya.”
Memang banyak sekali tuntunan agama yang merujuk kepada ketiga jenis kesehatan itu. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi Muhammad saw.:
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dia berkata bahwa Rasulullah saw telah bertanya (kepadaku): “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan selalu berjaga di malam hari?” Aku pun menjawab: “ya (benar) ya Rasulullah.”Rasulullah saw pun lalu bersabda: “Jangan kau lakukan semua itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu, berjagalah dan tidurlah kamu, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu.” (Hadis Riwayat al-Bukhari dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash)

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui batas dalam beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: “Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.”

Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya pencegahan.

Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang menjaga kebersihan. Kebersihan dikaitkan dengan tobat (taubah) seperti firman Allah:
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS al-Baqarah [2]: 222)

Thanks for reading & sharing THE RIANDA

Previous
« Prev Post