UPAYA KESEHATAN MENGATASI MASALAH GIZI
- Upaya Kesehatan Kuratif dan Rehabilitatif
- Penemuan aktif dan rujukan kasus gizi buruk.
- Perawatan balita gizi buruk
- Pendampingan balita gizi buruk pasca perawatan
- Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
- Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi
- Revitalisasi posyandu.
- Pemberian suplementasi gizi.
- Pemberian MP – ASI bagi balita gakin
KERANGKA KERJA PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
- Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
- Komponen SKPG:
- Keluarga
- Masyarakat dan Lintas Sektor
- Pelayanan Kesehatan
Peran Keluarga:
- Penyuluhan/Konseling Gizi: a. ASI eksklusif dan MP-ASI; b. Gizi seimbang; c. Pola asuh ibu dan anak
- Pemantauan pertumbuhan anak
- Penggunaan garam beryodium
- Pemanfaatan pekarangan
- Peningkatan daya beli keluarga miskin
- Bantuan pangan darurat: a. PMT balita, ibu hamil, b. Raskin
Peran Masyarakat dan Lintas Sektor
- Mengaktifkan Posyandu: SKDN
- Semua balita mempunyai KMS,
- Penimbangan balita (D),
- Konseling,
- Suplementasi gizi,
- Pelayanan kesehatan dasar
- Berat badan naik (N) sehat dikembalikan ke peran keluarga
- BB Tidak naik (T1), Gizi kurang diberikan PMT Penyuluhan dan Konseling
- Berat badan Tidak naik (T2), BGM, Gizi buruk, sakit, dirujuk ke RS atau Puskesmas
Peran Pelayanan Kesehatan
- Mengatasi masalah medis yang mempengaruhi gizi buruk
- Balita yang sembuh dan perlu PMT, perlu dikembalikan ke Pusat Pemulihan Gizi untuk diberikan PMT
- Balita yang sembuh, dan tidak perlu PMT, dikembalikan kepada masyarakat
TUJUAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
Tujuan Umum:
- Menurunnya prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) menjadi setinggi-tingginya 15 % dan gizi buruk menjadi setinggi-tingginya 2,5 % pada tahun 2014.
Tujuan Khusus:
- Meningkatnya cakupan deteksi dini gizi buruk melalui penimbangan balita di Posyandu, Puskesmas dan jaringannya.
- Meningkatnya cakupan suplementasi gizi terutama pada kelompok penduduk rawan dan keluarga miskin.
- Meningkatnya jangkauan dan kualitas tata laksana kasus gizi buruk di Rumah Tangga, Puskesmas dan Rumah Sakit.
- Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan keluarga dalam menerapkan Keluarga Sadar Gizi (KADARZI).
- Berfungsinya Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG).
KEBIJAKAN OPERASIONAL PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
- Merupakan Program Nasional: Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan antara pusat dan daerah
- Pendekatan komprehensif: Mengutamakan upaya pencegahan dan upaya peningkatan, yang didukung upaya pengobatan dan pemulihan.
- Semua kabupaten/kota secara terus menerus melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan gizi buruk, dengan koordinasi lintas instansi/dinas dan organisasi masyarakat.
- Menggalang kemitraan antara pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat di berbagai tingkat.
- Pendekatan Pemberdayaan masyarakat serta keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan.
STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN GIZI BURUK
- Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi masyarakat dan keluarga dalam memantau, mengenali dan menanggulangi secara dini gangguan pertumbuhan pada balita utamanya baduta.
- Meningkatkan kemampuan dan keterampilan SDM puskesmas beserta jaringannya dalam tatalaksana gizi buruk dan masalah gizi lain, manajemen laktasi dan konseling gizi.
- Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan termasuk keadaan darurat melalui suplementasi zat gizi mikro, MP-ASI, makanan tambahan dan diet khusus.
- Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui advokasi, sosialisasi dan KIE gizi seimbang.
- Mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat melalui SKDN, Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) Gizi Buruk, dan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), untuk meningkatkan manajemen program perbaikan gizi.
- Mengembangkan model intervensi gizi tepat guna yang evidence based.
- Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan masyarakat beserta swasta/dunia usaha dalam memobilisasi sumberdaya untuk penyediaan pangan di tingkat rumah tangga, peningkatan daya beli keluarga, dan perbaikan pola asuhan gizi keluarga.
Pengertian Kesehatan Masyarakat menurut Winslow (1920) adalah Ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat. Ilmu
kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi disipliner, karena pada
dasarnya masalah Kesehatan Masyarakat bersifat multikausal, sehingga
untuk menyelesaikan atau pemecahan masalah dilakukan secara
multidisiplin. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah
penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi
fisik, mental, dan sosial) atau kuratif, maupun pemulihan
(rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental, sosial) adalah upaya kesehatan
masyarakat (Notoatmodjo, 2003).
Ilmu
kesehatan masyarakat merupakan suatu rentetan sejarah panjang kehidupan
manusia dan lingkungannya, dimana perkembangannya di seluruh dunia
terkait satu dengan lainnya. Terdapat momentum-momentum sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat yang merupakan tonggak awal dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kesehatan masyarakat saat
ini.Sejarah kesehatan masyarakat di negara-negara maju mempunyai peran
terhadap perkembangan ilmu dan tekhnologi kesehatan masyarakat di
negara-negara berkembang.
Sejarah Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Negara Maju
Sejarah
perkembangan kesehatan masyarakat, tidak hanya dimulai pada munculnya
ilmu pengetahuan saja melainkan sudah dimulai sebelum berkembangnya ilmu
pengetahuan modern. Dari kebudayaan yang paling luas yakni Babylonia,
Mesir, Yunani dan Roma telah tercatat bahwa manusia telah melakukan
usaha untuk menanggulangi masalah-masalah kesehatan masyarakat dan
penyakit. Telah ditemukan pula bahwa pada zaman tersebut tercatat
dokumen-dokumen tertulis, bahkan peraturan-peraturan tertulis yang
mengatur tentang pembuangan air limbah atau drainase pemukiman
pembangunan kota, pengaturan air minum, dan sebagainya.
Pada
zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan
kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrine tersebut bukan
karena kesehatan. Dibangunnya latrine umum pada saat itu bukan karena
tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit tetapi tinja
menimbulkan bau tak enak dan pandangan yang tidak menyedapkan.Demikian
juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa minum
air kali yang mengalir sudah kotor itu terasa tidak enak, bukan karena
minum air kali dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984).
Dari
dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kuno telah dikeluarkan
suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan
rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan
binatang-binatang piaraan yang menimbulkan bau, dan sebagainya. Bahkan
pada waktu itu telah ada keharusan pemerintah kerajaan untuk melakukan
supervisi atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public bar),
warung makan, tempat-tempat prostitusi dan sebagainya (Hanlon, 1974).
Dari
catatan-catatan tersebut di atas dapat dilihat bahwa masalah kesehatan
masyarakat khususnya penyebaran-penyebaran penyakit menular sudah begitu
meluas dan dahsyat, namun upaya pemecahan masalah kesehatan masyarakat
secara menyeluruh belum dilakukan oleh orang pada zamannya.
Ruang Lingkup dan Permasalahan dalam Sejarah Kesehatan Masyarakat (themes and problems in the history of public health)
Beberapa
permasalahan terjadi berkaitan dengan kebijakan, pola pikir, garis
batas negara dan kepentingan dalam sejarah kesehatan masyarakat,
diantaranya adalah :
a. Masyarakat dan Negara
Negara dan masyarakat bukanlah suatu istilah yang bisa saling dipertukarkan. Namun negara yang berkaitan dengan penduduk, akan berbeda kebijakan terkait hubungan kesehatan dari masyarakat dalam kelompok warga, pembicaraan secara rasional dan keritikal terkait keduanya hampir sama.
b. Keragaman Negara
Saat
segala pertimbangan bisa diterima secara luas dan telah menjadi agenda
pertanggung jawaban negara, tidak semua negara melakukan reaksi terhadap
hal tersebut. Fokus kesehatan masyarakat masih berada di tingkat lokal,
yang tanggung jawab dan yurisdiksinya kadang tidak jelas dan tumpang
tindih. Namun negara sendiri menjadi suatu unit yang dibentuk untuk
mengatasi masalah secara global tidak hanya sekedar hal yang terkait
dengan manusia saja.
c. Tujuan Negara
Jika
saat ini kesehatan dianggap sebagai suatu hal terkait otonomi biologis
individu, yang baru saja menjadi tujuan program kesehatan masyarakat,
dahulu kesehatan berarti penyaluran kebutuhan untuk pekerja dan tentara,
pengendalian jumlah penduduk, perlindungan terhadap kalangan elit
tertentu, peningkatan cadangan genetik dalam populasi serta stabilitasi
lingkungan.
2. Peranan Kesehatan Masyarakat dalam mengatasi Epidemi
Pada
permulaan abad pertama sampai kira-kira abad ke-7 kesehatan masyarakat
makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular
mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemi bahkan
di beberapa tempat telah menjadi endemi.
Penelitian
John Snow tentang penyebab kematian karena kolera di London pada th
1848-1849 dan 1853-1854 telah memperlihatkan adanya asosiasi antara
sumber air minum (sungai Thames) dan kematian karena kolera di
distrik-distrik yang ada di Inggris. Akhirnya muncul teori tentang
penyakit infeksi secara umum dan menyimpulkan penyakit kolera menyebar
karena adanya air yang terkontaminasi (ini terjadi sebelum adanya
penemuan organisme penyebab kolera) sehingga itu mendorong perbaikan
mutu penyaluran air.
Upaya-upaya
untuk mengatasi epidemi dan endemi penyakit-penyakit tersebut, orang
telah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene dan
sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan
air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat
menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.
3. Perkembangan Kesehatan Masyarakat pada Masa Liberalisme dan sesudahnya
Dekade setelah Perang Dunia Kedua membawa pergeseran nilai yang ditandai dengan fokus dibidang kesehatan masyarakat dan harapan masyarakat. Di negara maju, penyakit menular yang telah begitu lama menjadi fokus utama kesehatan masyarakat telah surut, dengan polio menjadi yang terakhir dari epidemi yang mengejutkan, mampu menurunkan korban dengan pemberian imunisasi, antibiotik, atau pengendalian epidemiologi atau lingkungan (Rogers 1990).
Masa
perkembangan epidemiologi modern dimulai pada tahun 1950 an dumlai
dengan studi follow up terhadap dokter-dokter di Inggris untuk
memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan
perkembangan penyakit kanker paru
Dengan penaklukan fasisme dan diikuti dengan runtuhnya komunisme, liberalisme muncul kembali. Ini dilambangkan dalam pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa kesehatan dan kesejahteraan adalah hak asasi bagi semua manusia (WHO 1968). Hal Ini adalah kewajiban bagi negara untuk memberikan hak tersebut kepada penduduknya mereka. Dalam beberapa kondisi, konflik antara kesehatan masyarakat sebagai suatu keharusan dan hak-hak sipil kembali muncul. Ini tetap menjadi isu yang paling tangguh yang harus dihadapi oleh kesehatan masyarakat. Bangkitnya
ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai
dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, termasuk
kesehatan. Kalau pada abad-abad sebelumnya masalah kesehatan khususnya
penyakit hanya dilihat sebagai fenomena biologis dan pendekatan yang
dilakukan hanya secara biologis yang sempit, maka mulai abad ke-19
masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh sebab itu
pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif,
multisektoral.Disamping itu pada abad ilmu pengetahuan ini juga mulai
ditemukan berbagai macam penyebab penyakit dan vaksin sebagai pencegah
penyakit. Louis Pasteur telah berhasil menemukan vaksin untuk mencegah
penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam carbol (carbolic acid)
untuk sterilisasi ruang operasi dan William Marton menemukan ether
sebagai anestesi pada waktu operasi.
Penyelidikan
dan upaya-upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada
tahun 1832 di Inggris. Pada waktu itu sebagian besar rakyat Inggris
terserang epidemi (wabah) kolera, terutama terjadi pada masyarakat yang
tinggal di perkotaan yang miskin. Kemudian parlemen Inggris membentuk
komisi untuk penyelidikan dan penanganan masalah wabah kolera ini.
Edwin
Chadwich seorang pakar sosial (social scientist) sebagai ketua komisi
ini akhirnya melaporkan hasil penyelidikannya sebagai berikut :
Masyarakat hidup di suatu kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk
berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air
limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar
banyak dirubung lalat dan kecoa. Disamping itu ditemukan sebagian besar
masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari, dengan gaji yang
dibawah kebutuhan hidup. Sehingga sebagian masyarakat tidak mampu
membeli makanan yang bergizi.
Laporan
Chadwich ini dilengkapi dengan analisis data statistik yang bagus dan
sahih. Berdasarkan laporan hasil penyelidikan Chadwich ini, akhirnya
parlemen mengeluarkan undang-undang yang isinya mengatur upaya-upaya
peningkatan kesehatan penduduk, termasuk sanitasi lingkungan, sanitasi
tempat-tempat kerja, pabrik dan sebagainya. Pada tahun 1848, John Simon
diangkat oleh pemerintah Inggris untuk menangani masalah kesehatan
penduduk (masyarakat).
Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mulai dikembangkan pendidikan
untuk tenaga kesehatan yang profesional. Pada tahun 1893 John Hopkins,
seorang pedagang wiski dari Baltimore Amerika mempelopori berdirinya
universitas dan didalamnya terdapat sekolah (Fakultas) Kedokteran.
Mulai
tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Canada dan
sebagainya. Dari kurikulum sekolah-sekolah kedokteran tersebut terlihat
bahwa kesehatan masyarakat sudah diperhatikan. Mulai tahun kedua para
mahasiswa sudah mulai melakukan kegiatan penerapan ilmu di masyarakat.
Pengembangan
kurikulum sekolah kedokteran sudah didasarkan kepada suatu asumsi bahwa
penyakit dan kesehatan itu merupakan hasil interaksi yang dinamis
antara faktor genetik, lingkungan fisik, lingkungan sosial (termasuk
kondisi kerja), kebiasaan perorangan dan pelayanan kedokteran /
kesehatan.
Dari
segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika
telah membentuk Departemen Kesehatan yang pertama kali. Fungsi
departemen ini adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk
(public), termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan.
Departemen
kesehatan ini sebenarnya merupakan peningkatan departemen kesehatan
kota yang telah dibentuk di masing-masing kota, seperti Baltimor telah
terbentuk pada tahun 1798, South Carolina tahun 1813, Philadelphia tahun
1818, dan sebagainya.
Pada
tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang-orang yang mempunyai
perhatian kesehatan masyarakat baik dari universitas maupun dari
pemerintah di kota New York. Pertemuan tersebut menghasilkan Asosiasi
Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association).
C. Sejarah dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat di Negara Berkembang
Sejarah dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat Awal Ilmu Kesehatan masyarakat
Penyakit
kolera telah tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya
Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad
ke-7 tersebut telah menjadi pusat endemi kolera. Disamping itu lepra
juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui
para emigran.
Pada
abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan
India. Pada tahun 1340 tercatat 13.000.000 orang meninggal karena wabah
pes, dan di India, Mesir dan Gaza dilaporkan bahwa 13.000 orang
meninggal tiap hari karena pes.
Menurut
catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia waktu itu
mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu disebut
“the Black Death”. Keadaan atau wabah penyakit-penyakit menular ini
berlangsung sampai menjelang abad ke-18. Disamping wabah pes, wabah
kolera dan tipus masih berlangsung.
Telah
tercatat bahwa pada tahun 1603 lebih dari 1 diantara 6 orang meninggal,
dan pada tahun 1663 sekitar 1 diantara 5 orang meninggal karena
penyakit menular. Pada tahun 1759, 70.000 orang penduduk kepulauan
Cyprus meninggal karena penyakit menular. Penyakit-penyakit lain yang
menjadi wabah pada waktu itu antara lain difteri, tipus, disentri dan
sebagainya.Perdagangan Dunia selama abad
ke 18 dan 19 dalam upaya eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam
membawa pada penjelajahan ke bagian lain dari dunia. Negara Eropa dan
Amerika bersaing dalam penguasaan wilayah. Dalam upaya untuk
mempertahankan teritorial masing-masing mereka menempatkan
orang-orangnya secara bergantian dari satu tempat ke tempat lain untuk
keperluan militer dan ekonomi. Ribuan warga Afrika dan Asia di bawa ke
Amerika pada Abad ke-18 dan ke-19 untuk dipekerjaan di perkebunan atau
pembuatan konstruksi rel kereta api. Kemudian mereka pun akan
dipindahkan lagi ke India dan beberapa negara di asia untuk bekerja di
perkebunan yang lebih luas. Dengan perluasan perdagangan dan penguasaan
wilayah, penyakit menyebar ke seluruh dunia sepanjang rute perdagangan
Untuk
melindungi kesehatan rakyat dan pekerjanya, penguasa kolonial
menegakkan hukum serupa dengan yang berlaku di negaranya. Undang-undang
kesehatan masyarakat yang spesifik bervariasi di setiap penguasa
kolonial, namun jejak yang masih ada seperti undang-undang kesehatan
masyarakat, undang-undang kepemerintahan, undang-undang sipil,
undang-undang pabrik, undang-undang pemalsuan makanan, undang-undang
vaksinasi dan undang-undang tentang penyakit menular masih berlaku
selama beberapa dekade, seperti dibanyak negara di Asia, Pasifik, Negara
Bagian Amerika dan Afrika sebagai bekas koloni Inggris, Spanyol,
Prancis, Amerika ataupun Belanda masih berlaku. Para kolonial telah
mencanangkan inisiatif penting dalam pencegahan dan pengendalian
kesehatan masyarakat internasional melalui vaksinasi cacar yang awalnya
diberikan pada para pekerja administrasi kolonial dan kemudian pada
pekerja kasarnya.
Misionaris agama dari Eropa dan Amerika juga melakukan ekspedisi ke seluruh dunia bersama dengan kekuasaan kolonial. Banyak dari mereka, memiliki latar belakang medis allopathic, sehingga kemudian mendirikan lembaga-lembaga perawatan medis serta sistem pendidikan umum, termasuksekolah keperawatan danmedis. Misionaris ini mendirikan klinik kesehatan atau apotik pada awalnya dan kemudian berkembang menjadi rumah sakit di negara-negara kolonial.
Diakhir abad ke-18 terjadi suatu momentum peningkatan dalam pendidikan kesehatan masyarakat yaitu dengan pembentukan program sarjana dan pascasarjana yang dirancang khusus untuk kesehatan masyarakat, awalnya di negara-negara asal koloni kemudian di kembangkan di koloni-koloni mereka.
Sekolah perintis kesehatan masyarakat didirikan di negara-negara kolonial di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dengan maksud agar dapat berfungsi sebagai pusat untuk pengembangan kebijakan terkait kesehatan masyarakat, dan untuk melatih orang-orang yang akan melayani warga negaranya di wilayah kolonial atau pekerja di daerah tropis.
Namun, perkembangan aktual kesehatan masyarakat dan pelayanan keperawatan medis untuk masyarakat umum masih belum sempurna di negara-negara bekas wilayah jajahan. Jutaan orang yang bergerak ke daerah-daerah yang benar-benar asing telah menyebabkan tingginya insiden kematian dan cacat. Para pekerja yang terlantar sering meninggal karena cacar, malaria, demam kuning, tifus, tifoid, dan kolera, atau mereka telah dinonaktifkan kerja karena frambusia, kusta, dan sifilis.
Terjangkitnya
penyakit menular menjadi potensi hambatan yang sangat besar di daerah
kolial baru. Hal ini memicu ledakan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di awal abad ke-20, terutama di bidang fisika, mikrobiologi,
biokimia, farmakologi dan diagnostik dalam praktek kesehatan
masyarakat.
Perkembangan Kesehatan Masyarakat yang berorientasi ilmu pengetahuan (science-oriented public health)
Negara-negara jajahan melihat akhir Perang Dunia Kedua sebagai awal dari berakhirnya kekuasaan penjajah.
Negara-negara tersebut berharap untuk dapat membangun negaranya kearah
perdamaian dan bangkit dari penderitaan dan kekurangan setelah bebas
dari penjajahan. Kegiatan rekonstruksi untuk pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan sosial segera dilaksanakan untuk mengejar ketinggalan dengan
memanfaatkan tehnologi yang ditinggalkan pada jaman penjajahan.
Pada masa awal dari periode rekonstruksi disebut sebagai jaman kontradiksi dan peluang. Waktu untuk meningkatkan kemakmuran di negara maju, dalam upaya penuntasan kemiskinan dari mereka yang kurang mampu di seluruh dunia. Periode ini juga disebut sebagai jaman peluang, yakni dalam melihat kemajuan ilmiah dan teknologi luar biasa sehingga mampu membuka pemandangan dan kemungkinan tak terbatas untuk memecahkan permasalahan kuno tentang kemiskinan dan penyakit (Gunaratne 1977). Berbagai penemuan dan inovasi selama dan sesudah Perang Dunia Kedua memberikan dorongan luar biasa untuk aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti pesawat jet, microwave, radar, dan fasilitas telekomunikasi lainnya termasuk satelit. Penemuan dan produksi massal kina, dichloro diphenyl trichloroethane (DDT), penisilin, dan sulfonamida, pengembangan vaksin dan obat baru yang efektif untuk mencegah dan mengendalikan penyakit menular, pengenalan pil KB dan suntikan, pengenalan dan penggunaan komputer, dan perbaikan dalam pencitraan teknologi (X-ray dan CT scan) memfasilitasi aplikasi canggih dalam praktek kesehatan masyarakat. Kemajuan dalam mikrobiologi dan imunologi memberikan kontribusi besar terhadap pengembangan vaksin dan teknologi diagnostic. Sebuah pencapaian luar biasa dalam bidang pangan dan gizi adalah hilangnya virtual skala besar dari banyak kelaparan.
Sejarah keberhasilan Ilmu Kesehatan Masyarakat di negara berkembang (public health successes)
Keberhasilan terbesar dicapai oleh negara-negara berkembang pada abad kedua puluh adalah pencegahan dan pengendalian serta pemberantasan tuntas penyakit cacar, yaitu suatu penyakit menular mengerikan yang telah ada sejak jaman dahulu. Sebagai tindakan pencegahan kesehatan masyarakat, inokulasi nanah diambil dari kasus cacar ke orang sehat, hal ini telah dipraktekkan di Asia sejak zaman kuno. Metode variolation menyebar ke Eropa dan bagian lain dunia pada abad ketujuh belas. Saat itu telah disederhanakan dan banyak digunakan untuk pencegahan dan pengendalian cacar. Pada 1796, Edward Jenner memperkenalkan teknik modifikasi dari variolation dengan meng- gunakan bahan cacar sapi. Masyarakat ilmiah di Eropa perlahan-lahan menerima hasil eksperimen ini . Kemudian, masa inokulasi menggunakan bahan cacar sapi (disebut vaksinasi) diperkenalkan secara luas, di Inggris pertama dan kemudian di seluruh Eropa dan bagian lain dari dunia kolonial. Bahan vaksin yang telah dikeringkan pada kaca, itu bisa dikirim ke seluruh bagian dunia. Penerimaan yang lebih luas dari vaksinasi massal ini telah menyebabkan penyakit cacar berhenti menjadi ancaman utama di kebanyakan negara Eropa dan Amerika pada awal abad kedua puluh (Henderson 1997).
Pada
awal abad kedua puluh, Prancis, kemudian diikuti oleh Belanda,
memproduksi vaksin cacar yang beku dan kering dalam jumlah besar, yang
diperuntukkan setiap tahunnya untuk koloni mereka sendiri di Afrika dan
Asia. Institut Lister di London telah mengembangkan teknologi beku-kering untuk memproduksi vaksin di awal 1950-an. Sejak
itu, vaksin beku-kering cacar stabil diproduksi komersial dengan skala
besar dan telah menyebar ke negara-negara maju lain dan kemudian ke
negara-negara berkembang yang baru merdeka.
Ringkasan
Kesehatan
masyarakat merupakan elemen inti dari permasalahan-permasalahan yang
merupakan bagian dari sejarah negara maju. Beberapa masalah penyakit dan
epidemi yang timbul dengan keterbatasan ilmu pengetahuan dan tehnologi
pada masa itu coba dipecahkan yang kini menjadi dasar-dasar pelaksanaan
program kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Perkembangan kesehatan
masyarakat di negara maju pada masa liberalisme, banyak menghasilkan
penemuan-penemuan yang merubah cara pandang seluruh masyarakat di dunia
terkait kesehatan masyarakat.
Perkembangan
ilmu kesehatan di negara-negara berkembang merupakan dampak dari era
penjajahan, negara-negara kolonial menerapkan kebijakan terkait
kesehatan masyarakat di negara-negara jajahannya yang hingga saat ini
masih diterapkan. Setelah era penjajahan, masing-masing negara bekas
jajahan berupaya mengembangkan ilmu pengetahauan dan tehnologi yang
ditinggalkan oleh negara-negara kolonial untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan sosial serta upaya-upaya dalam bidang kesehatan masyarakat.
Saat
ini, pada abad 21 banyak masalah kesehatan masyarakat yang timbul di
seluruh belahan dunia. Munculnya penyakit infeksi yang baru seperti:
SARS, Flu burung maupun flu babi serta penyakit tidak menular yang
dihadapi oleh Inggris, Amerika Serikat, Jepang dan beberapa Negara
industri lainnya. Penyakit tidak menular dimulai dari penggunaan
tembakau yang berlebihan (kebiasaaan merokok), pola makan tinggi lemak,
konsumsi alkohol serta kurangnya aktifitas fisik. Sedangkan pada Negara
berkembang, penyakit menular masih merupakan penyebab utama kematian
diiringi dengan peningkatan kejadian penyakit tidak menular seperti di
Negara maju karena meningkatnya kesejahteraan dan ekonomi masyarakat
serta kondisi dan perilaku masyarakat yang tidak sehat.
rizki
08:30:00
New Google SEO
Bandung, Indonesia