LATAR BELAKANG
rizki
11:30:00
New Google SEO
Bandung, Indonesia
Dokumentasi
keperawatan merupakan tindakan mencatat setiap data yang didapat oleh perawat
dalam sebuah dokumen yang sisitematis. Proses mencatat tidak hanya menulis data
pada format yang tersedia. Dokumentasi keperawatan menitikberatkan pada proses
dan hasil pencatatan (Potter & Perry, 1997). Hal tersebut berarti bahwa
mulai dari proses mencatat sampai mempertahankan kualitas catatan harus
diperhatikan, karena dokumen keperawatan memegang peranan yang sangat penting.
Kelengkapan
dan keakuratan data mejadi sebuah kebutuhan dalam meningkatkan mutu asuhan
keperawatan. Gapko Dawn (1999)
mengatakan bahwa perawat sangat jarang untuk menulis segala yang dilakukan
dan didapatkan baik dari pengkajian, evaluasi maupun dan tindakan kolaborasi
dengan dokter. Lebih lanjut Gapko Dawn mengatakan bahwa penyebab rendahnya mutu
dokumentasi keperawatan diantaranya factor staf keperawatan yang malas
mencatat, tingginya sensus yang harus dilakukan, mencatat membutuhkan waktu
yang lama.
Pencatatan
yang banyak dan memakan waktu kerja perawat membuat perawat merasa prustasi
sehingga banyak terjadi ketidakakuratan data dalam dokumentasi keperawatan
(Cowden & Johnson, 2003). Lebih
lanjut Cowden & Johnson menemukan bahwa pencatatan dengan format
kertas banyak ditemukan data yang eror artinya data tersebut tidak valid dan
membingungkan. Data demikian menyebabkan terjadinya kesalahan interpretasi,
prosedur dan kualitas pelayanan kesehatan menjadi kurang baik. Barker KN, Flynn EA, Pepper GA, Bates DW,
& Mikeal RL. (2002) menemukan bahwa
pencatatan dengan menggunakan kertas terjadi kesalahan pemberian obat sebesar
19% -28%, informasi pasien tidak tidak berkesinambungan dan perawat tidak dapat
mengukuti system instruksi secara akurat
untuk mempertahankan kontinyuitas asuhan keperawatan.
Guna mengurangi keselahan seperti di
atas, informasi teknologi sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan keperawatan. Word processing, e-mail system informasi kesehatan
pasien sangat dibutuhkan dalam pelayanan professional khususnya pelayanan
keperawatan (Hobbs, 2002) .Dalam makalah ini akan dibahas tentang aplikasi
dokumentasi keperawatan berbasis computer.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dalam
melihat latar belakang yang telah diuraikan di atas tentang pentingnya
informasi teknologi dalam pelayanan kesehatan khususnya dalam pelayanan
keperawatan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu membahas
tentang aplikasi dokumentasi keperawatan berbasis komputer.
C.
TUJUAN
1. Menjelaskan aplikasi komputerisasi dalam dokumentasi
keperawatan
2. Memberikan contoh dokumentasi keperawatan
3. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dokumentasi
keperawatan terkomputerisasi
PEMBAHASAN
A. Sistem Komputerisasi dalam Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi
individu yang berwenang (Potter & Perry, 1997). Dokumentasi yang baik tidak
hanya mencerminkan kualitas keperawatan tetapi juga membuktikan
pertanggunggugatan setiap anggota tim keperawatan dalam memberikan asuhan.
Penggunaan computer dalam dokumentasi keperawatan
diperkenalkan pada akhir tahun 1960-an
dan awal tahun 1970-an (Turpin, 2005). Dalam dokumen keperawatan melalui system
computer meliputi system pembayaran, dischare
planning, dan access data dari
profesi lain seperti dokter, farmasi, radiologi dan lainnya. Perkembangan
teknologi mampu meningkatkan kualitas pencatatan melalui computer. Penggunaan
perangkat lunak sebagai media dalam melakukan dokumentasi sangat beragam. Pada
intinya perangkat lunak tersebut
menyediakan layanan berkesinambungan informasi dari berbagai profesi kesehatan
yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Informasi tersebut
dapat dibaca oleh masing-masing profesi sehingga dapat meningkatkan system
kolaborasi antar profesi.
Dokumentasi keperawatan melalui computer yaitu pencatatan
yang dilakukan oleh perawatan dengan menggunakan perangkat computer. Perangkat
tersebut tentunya sudah disediakan perangkat lunak yang sesuai dengan
kebutuhan. Pemasukan data dilakukan setiap saat sehingga perkembangan data
pasien dapat terekam secarak kontinyu dan komprehensif. Alpay & Russell
(2002). Program perangkat lunak
memungkinkan perawat untuk dengan cepat memasukan data pengkajian spesifik dan
informasi lainnya secara otomatis.
B.
Contoh
dokumentasi keperawatan
Kemajuan teknologi informasi telah meresap dalam segala aspek kehidupan,
termasuk dalam pencatatan medis. Pencatatan real-time entry dari
pasien hemodialisis pada komputer merupakan hal yang ideal dalam dunia keperawatan,
namun hingga kini ide tersebut masih terganjal oleh pertanyaan-pertanyaan
seperti bagaimana format yang paling sesuai untuk itu, apakah kerahasiaan data
pasien akan terjamin, dan masih banyak lagi. Banyak sistem pencatatan data
hemodialisis berusaha dikembangkan di seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang lebih efektif dari segi penggunaan waktu. Dengan
demikian, pelayanan kesehatan diharapkan akan lebih fokus kepada pemenuhan
kebutuhan pasien dibandingkan dengan waktu yang biasa digunakan untuk mencatat
data klinis pasien hemodialisis secara manual di atas kertas.
Salah satu sistem pencatatan komputer untuk memenuhi harapan akan
peningkatan kualitas pelayanan kepada pasien Hemodialisis telah
dikembangkan oleh Saudi Center for Organ Transplantation. Sistem
pencatatan tersebut mencakup data registrasi pasien dialisis, data diagnosa
pasien (jenis gagal ginjal, golongan darah, berat badan kering ideal, serologi
hepatitis, status pasien, serta jadwal dialisis, isu dalam proses dialisis,
pencatatan pre- dan post-dialisis, data intra-dialisis, tanda vital dan
parameter dialisis, catatan dokter, investigasi, pengobatan yang dianjurkan,
serta rangkuman dialisis secara keseluruhan.
Pengembangan
sistem yang dilakukan oleh institusi tersebut tidak hanya memfokuskan pada
pengembangan software yang memadai, tetapi juga peningkatan sumber
daya manusia yang akan mengimplementasikan sistem tersebut. Pelatihan dilakukan
kepada sejumlah staf yang memiliki akses terhadap sistem pencatatan data pasien
dialisis tersebut selama 5-7 hari sebelum akses terhadap sistem diijinkan.
C.
keuntungan dan kerugian dokumentasi keperawatan
terkomputerisasi
1. Keuntungan Komputerisasi dalam Dokumentasi Keperawatan
Komputerisasi dalam dokumentasi keperawatan banyak
memiliki kelebihan dari pada dengan menggunakan kertas. Dokumentasi keperawatan
dengan menggunakan computer dapat meningkatkan reliabilitas dalam menegakan
diagnose keperawatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Delaney, Connie, Herr, Keela, Maas, Meridean, Specht (2000), pada 30 orang perawat di unit pelayanan rehabilitasi, dengan metoda retrospectively
examined clinical records. Ditemukan bahwa 23 orang
yang merumuskan diagnosa keperawatan kerusakan mobilitas fisik. Diagnosa
tersebut dilengkapi dengan data karateristik sebanyak 52% - 100%, dilengkapi
dengan faktor yang berhungan sebanyak 57% - 100%. Hasil ini didukung oleh
penelitian Maria, Ian, Odenbreit & Lavin (2007), pada 12 ruang keperawatan di Rumah Sakit
Swiss, dengan metoda pretest-posttest
experimental design. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa
implementasi dari North of America Nursing Diagnosis Association (NANDA),
Nursing Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification
(NOC) dalam sistem komputerisasi dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Disamping hal tersebut juga terjadi peningkatan
kualitas dokumen keperawatan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, penentuan kriteria hasil yang
tepat dan kritis.
Penerapan sistem komputer dalam
dokumentasi keperawatan di unit gawat darurat juga sangat efektif dalam
meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Penelitian pada perawat di ruang gawat
darurat yang difokuskan pada aliran pekerjaan yang tinggi dan mutu dokumentasi
keperawatan. Hasil dari penelitian tersebut menemukan bahwa penerapan system computer di ruang
gawat darurat dapat meningkatkan kecepatan perawat dalam melakukan asuhan dan
menurunkan kesalahan dalam pendokumentasian.
(Jennifer & Jane ,2000) menganalisis pengalamannya
dalam melakukan pendokumentasian dengan sisitem komputer. Setelah 2 tahun
menerapkan system computer dalam melakukan pednokumentasian keperawatan didabat
bahwa terjadi peningkatan peningkatan efektifitas dan efisiensi dari
dokumentasi, proses monitoring asuhan dan komunikasi dalam melakukan tindakan
kolaborasi.
2. kerugian
dokumentasi keperawatan terkomputerisasi
Beberapa permasalahan
dari dokumentasi terkomputerisasi adalah sebangai berikut:
a).
Keuntungan pencatatan dengan kertas. Lima kelebihan utama pencatatan dengan
kertas (Bradley, 1994 cit. Iyer and Champ, 2005): pencatatan kertas sudah
dikenal; mudah dibawa dan dapat dibawa ke ruang perawatan pasien; tidak terjadi
downtime; fleksibilitas dalam pencatatan data, memudahkan pencatatan data
subjektif dan naratif; dapat dicari dan diperiksa dengan cepat. Meskipun
demikian, komputer juga cepat dikenal, bisa diletakkan di samping tempat tidur
pasien atau tersedia komputer portable, tersedianya software yang dirancang
khusus untuk menuliskan teks bebas dan kemudahan mencari data dengan kode tertentu.
b). Masalah
keamanan dan kerahasiaan informasi pasien. Perlunya menjaga privasi, kerahasiaan
dan keamanan catatan medis pasien yang terkomputerisasi.
Privasi, meliputi hak individu untuk emnetukan kapan, kepda siapa dan seluas apa informasi pribadinya disebarluaskan. Kerahasiaan, meliputi rasa percaya di antara pemberi perawatan kesehatan bahwa informasi yang mereka bagi akan dihormati dan digunakan untuk tujuan tertutup. Keamanan, meliputi perlindungan informasi dari akses yang disengaja maupun tidak disengaja oleh orang yang tidak berwenang, termasuk modifikasi dan perusakan informasi.
Privasi, meliputi hak individu untuk emnetukan kapan, kepda siapa dan seluas apa informasi pribadinya disebarluaskan. Kerahasiaan, meliputi rasa percaya di antara pemberi perawatan kesehatan bahwa informasi yang mereka bagi akan dihormati dan digunakan untuk tujuan tertutup. Keamanan, meliputi perlindungan informasi dari akses yang disengaja maupun tidak disengaja oleh orang yang tidak berwenang, termasuk modifikasi dan perusakan informasi.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dokumentasi keperawatan adalah sebagai
segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai
catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Potter & Perry, 1997).
Dokumentasi yang baik tidak hanya mencerminkan kualitas keperawatan tetapi juga
membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim keperawatan dalam memberikan
asuhan.
Dengan pendokumentasian yang baik pengembangan riset keperawatan dapat
dikembangkan secara optimal. Saat ini pendokumentasian proses
keperawatan di Indonesia dengan teknologi informasi masih sangat kurang dan
kualitasnya rendah. Pendokumentasian keperawatan dengan
berbasis teknologi komputer diharapkan akan membantu meningkatkan
dokumentasi keperawatan yang berkulitas dapat dijadikan bukti sebagai
pererapan asuhan yang efisien dan efektif dan dapat meningkatkan
kualitaslitas secara optimal. Penggunakan pendokumentasian keperawatan yang
terkomputerisasi ini harus didukung beberapa hal yang perlu dipersiapkan, mulai
struktur, sistem strategi dan SDM. Antara lain penyediaan hardware dan
software komputer itu sendiri, kemampuan perawat dalam menggunakan
teknologi informasi ini juga organisasinya, sistem harus jelas
B.
SARAN
Diperlukan sumber daya keperawatan yang menguasai tekhnologi informasi
yang harus disosialisaikan secara menyeluruh. Disamping itu Inovasi
pengembangan pelayanan asuhan keperawatan harus mengikuti kemajuan ilmu
dan tekhnologi sehingga masyarakat pengguna pelayanan benar-benar merasakan
manfaat dari asuhan yang diberikan.
REFRENSI
Iyer P dan Camp N:
Nursing documentation: a nursing process Approach, ed 3, St. Louis, 1999,
Mosby.
Pabst MK et al: The
impact of computerized documentation on nurse use of time, Computers in Nursing
14(1):25-30, 1996
Sejarah keperawatan di dunia diawali pada
zaman purbakala (Primitive Culture) sampai pada munculnya Florence
Nightingale sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan keperawatan diawali pada :
1. Zaman Purbakala (Primitive Culture)
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk
merawat diri sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal
perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki naluri keibuan
(Mother Instinc). Dari masa Mother Instic kemudian bergeser ke zaman
dimana orang masih percaya pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic
yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini dikenal
dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa sakitnya seseorang
disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh gaib seperti batu-batu,
pohon-pohon besar dan gunung-gunung tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan
pada dewa-dewa dimana pada masa itu mereka menganggap bahwa penyakit
disebabkan karena kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai
tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta kesembuhan di kuil
tersebut. Setelah itu perkembangan keperawatan terus berubah dengan
adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok wanita tua dan
janda yang membantu pendeta dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai
berkembanglah ilmu keperawatan.
2. Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser
kearah spiritual dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena
adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah tempat-tempat ibadah
sehingga pada waktu itu pemimpin agama disebut sebagai tabib yang
mengobati pasien. Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya membantu
dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
3. Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat
perkembangan agama Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk
Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang bertujuan untuk
mengunjungiorang sakit sedangkan laki-laki diberi tugas dalam memberikan
perawatan untuk mengubur bagi yang meninggal.
Pada zaman pemerintahan Lord-Constantine,
ia mendirikan Xenodhoecim atau hospes yaitu tempat penampungan
orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini
berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
4. Pertengahan abad VI Masehi
Pada abad ini keperawatan berkembang di
Asia Barat Daya yaitu Timur Tengah, seiring dengan perkembangan agama
Islam. Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak
lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW menyebarkan agama Islam.
Abad VII Masehi, di Jazirah Arab
berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia, Hygiene dan
obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip dasar
keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri, kebersihan
makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari Arab adalah
Rufaidah.
5. Permulaan abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi
masyarakat berubah dari agama menjadi kekuasaan, yaitu perang,
eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan tempat-tempat
ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde agama untuk
merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak
negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk
memenuhi kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat
bekerja sebagai perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya
perang salib, untuk menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga
sukarela sebagai perawat, mereka terdiri dari orde-orde agama,
wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan tentara (pria) yang
bertugas rangkap sebagai perawat.
Pengaruh perang salib terhadap keperawatan :
a. Mulai dikenal konsep P3K
b. Perawat mulai dibutuhkan dalam ketentaraan sehingga timbul peluang kerja bagi perawat dibidang sosial.
Ada 3 Rumah Sakit yang berperan besar pada masa itu terhadap perkembangan keperawatan :
1. Hotel Dieu di Lion
Awalnya pekerjaan perawat dilakukan oleh
bekas WTS yang telah bertobat. Selanjutnya pekerjaan perawat digantikan
oleh perawat terdidik melalui pendidikan keperawatan di RS ini.
2. Hotel Dieu di Paris
Pekerjaan perawat dilakukan oleh orde
agama. Sesudah Revolusi Perancis, orde agama dihapuskan dan pekerjaan
perawat dilakukan oleh orang-orang bebas. Pelopor perawat di RS ini
adalah Genevieve Bouquet.
3. ST. Thomas Hospital (1123 M)
Pelopor perawat di RS ini adalah Florence
Nightingale (1820). Pada masa ini perawat mulai dipercaya banyak orang.
Pada saat perang Crimean War, Florence ditunjuk oleh negara Inggris
untuk menata asuhan keperawatan di RS Militer di Turki. Hal tersebut
memberi peluang bagi Florence untuk meraih prestasi dan sekaligus
meningkatkan status perawat. Kemudian Florence dijuluki dengan nama “
The Lady of the Lamp”.
6. Perkembangan keperawatan di Inggris
Florence kembali ke Inggris setelah
perang Crimean. Pada tahun 1840 Inggris mengalami perubahan besar dimana
sekolah-sekolah perawat mulai bermunculan dan Florence membuka sekolah
perawat modern. Konsep pendidikan Florence ini mempengaruhi pendidikan
keperawatan di dunia.
Kontribusi Florence bagi perkembangan keperawatan a. l :
a. Nutrisi merupakan bagian terpenting dari asuhan keperawatan.
b. Okupasi dan rekreasi merupakan terapi bagi orang sakit
c. Manajemen RS
d. Mengembangkan pendidikan keperawatan
e. Perawatan berdiri sendiri berbeda dengan profesi kedokteran
f. Pendidikan berlanjut bagi perawat.
Sejarah dan Perkembangan Keperawatan di Indonesia
Sejarah dan perkembangan keperawatan di Indonesia dimulai pada masa penjajahan Belanda sampai pada masa kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
Perkembangam keperawatan di Indonesia
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi yaitu pada saat penjajahan
kolonial Belanda, Inggris dan Jepang. Pada masa pemerintahan kolonial
Belanda, perawat berasal dari penduduk pribumi yang disebut Velpeger
dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.
Tahun 1799 didirikan rumah sakit Binen
Hospital di Jakarta untuk memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda.
Usaha pemerintah kolonial Belanda pada masa ini adalah membentuk Dinas
Kesehatan Tentara dan Dinas Kesehatan Rakyat. Daendels mendirikan rumah
sakit di Jakarta, Surabaya dan Semarang, tetapi tidak diikuti
perkembangan profesi keperawatan, karena tujuannya hanya untuk
kepentingan tentara Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris (1812 – 1816)
Gurbernur Jenderal Inggris ketika VOC
berkuasa yaitu Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat
dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan
berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi
antara lain :
- pencacaran umum
- cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa
- kesehatan para tahanan
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke
tangan Belanda, kesehatan penduduk lebih maju. Pada tahun 1819 didirikan
RS. Stadverband di Glodok Jakarta dan pada tahun 1919 dipindahkan ke
Salemba yaitu RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Tahun 1816 – 1942 berdiri
rumah sakit – rumah sakit hampir bersamaan yaitu RS. PGI Cikini Jakarta,
RS. ST Carollus Jakarta, RS. ST. Boromeus di Bandung, RS Elizabeth di
Semarang. Bersamaan dengan itu berdiri pula sekolah-sekolah perawat.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 – 1945)
Pada masa ini perkembangan keperawatan
mengalami kemunduran, dan dunia keperawatan di Indonesia mengalami zaman
kegelapan. Tugas keperawatan dilakukan oleh orang-orang tidak terdidik,
pimpinan rumah sakit diambil alih oleh Jepang, akhirnya terjadi
kekurangan obat sehingga timbul wabah.
4. Zaman Kemerdekaan
Tahun 1949 mulai adanya pembangunan
dibidang kesehatan yaitu rumah sakit dan balai pengobatan. Tahun 1952
didirikan Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setimgkat SMP.
Pendidikan keperawatan profesional mulai didirikan tahun 1962 yaitu
Akper milik Departemen Kesehatan di Jakarta untuk menghasilkan perawat
profesional pemula. Pendirian Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) mulai
bermunculan, tahun 1985 didirikan PSIK ( Program Studi Ilmu Keperawatan )
yang merupakan momentum kebangkitan keperawatan di Indonesia. Tahun
1995 PSIK FK UI berubah status menjadi FIK UI. Kemudian muncul PSIK-PSIK
baru seperti di Undip, UGM, UNHAS dll.
rizki
02:30:00
New Google SEO
Bandung, Indonesia